Proses lamaran biasa dilakukan orangtua yang hendak menikahkan anaknya. Tak terkecuali calon pengantin di wilayah pedalaman India. Uniknya, di tempat ini ada satu syarat wajib yang harus dipenuhi calon mempelai pria, sebuah toilet atau water closet (WC).
Ya, rumah yang akan dihuni sang pengantin baru harus memiliki toilet. Jika tidak, mempelai perempuan berhak menolak lamaran. Hal ini untuk menghindari ketidaknyamanan dan rasa malu karena menggunakan toilet umum atau bahkan buang air besar di tanah lapang.
Maklum saja, dari sekitar 665 juta orang yang tinggal di India, hampir separuhnya tidak memiliki akses toilet dan WC di dalam rumahnya. Namun semenjak adanya kampanye "Tidak Ada Toilet, Tidak Ada Mempelai Perempuan", yang dimulai dua tahun lalu, sebanyak 1,4 juta toilet dibangun di wilayah Haryana.
Beberapa diantaranya dibiayai oleh pemerintah. Kelompok gerakan wanita menilai program tersebut sebagai revolusi kemajuan dan tersebar cepat di kawasan pedalaman India.
"Saya tidak akan membiarkan putri saya menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki toilet," tegas ujar Usha Pagdi, seorang warga yang memiliki putri berusia 18 tahun.
Padgi menekankan putrinya, Vimlas Sasva untuk menyelesaikan sekolahnya dan mengambil kursus elektronik di sekolah teknik. Ia telah menyadari pentingnya pendidikan dalam hidup ini.
Dalam kepercayaan kuno di India, perempuan dipandang sebagai jaminan finansial, terutama terkait masalah mas kawin. Si ayah harus membayar dalam jumlah tertentu kepada keluarga calon pengantin pria. Namun pelan-pelan keadaan tersebut berubah, banyak perempuan yang secara finansial mandiri. Bahkan gadis-gadis di pedalaman memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya.
KOMENTAR