Sore, saat Mak Inil terbangun dari istirahat siangnya, ia menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka. Baru saja masuk dapur, ia tersentak saat melihat seekor ayam betinanya bertelur di depan perapian memasaknya. "Saya bingung, kenapa ayam itu bertelur di situ? Biasanya, kan, di kandangnya. Kata orang, ayam bertelur di dapur itu pertanda buruk. Saya hanya berdoa semoga tidak terjadi hal buruk pada keluarga saya. Eh, enggak tahunya Priska yang celaka."
Priska Yulianti (22) adalah putri saudara lelaki Mak Inil, Sihas (51). "Sejak ibunya meninggal, ayah Priska menyerahkan lima anaknya ke saya. Waktu itu Priska kelas 3 SD," lanjut warga Desa Suranti, Kabupaten Pesisir Selatan ini. Priska, kenang Mak Inil, tumbuh jadi gadis yang aktif, menonjol, dan senang bergaul. "Salah satunya, aktif di Kelompok Budidaya Laut."
Senin (5/10), Priska yang diutus mengikuti pelatihan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar, berangkat ke Hotel Ambacang. Lalu Rabu, terjadilah bencana itu. "Beruntung kami semua selamat. Nah, waktu itu, langsung kepikiran Priska. Namun susah menghubunginya. Saya cemas sekali."
Malamnya, ibu angkat Priska ini mendengar info tentang luluh-lantaknya Hotel Ambacang, tempat Priska menginap. "Baru besok paginya saya dan sejumlah keluarga bisa ke Padang dan tiba di Hotel Ambacang sekitar pukul 13.00. Kalau lihat kondisi hotelnya yang hancur berantakan seperti itu, saya merasa yakin dia sudah tewas. Eh, alhamdulillah, baru sejam kami di sana, Priska ditemukan dalam keadaan selamat."
Seperti yang diceritakan Priska pada Mak Inil sebelumnya, begitu gempa mengguncang dan gedung bergoyang, semua yang ada di hotel berhamburan mencari jalan keluar. Priska menuju ke lift. Namun karena lift mati, ia kemudian mencari tangga terdekat. Belum sempat keluar, lampu mendadak padam dan langit-langit beton hotel berlantai dua itu menimpanya, tepat di kepala bagian kirinya. "Katanya, dia sempat pingsan dan setelah siuman, terus-menerus berteriak minta tolong."
Saat ditemukan, kedua mata Priska luka berat. Telinga, hidung, dan mulutnya dipenuhi pasir dan debu. Sejumlah luka menghiasi tubuhnya. "Alhamdulillah dia selamat meski sampai sekarang masih trauma berat. Setiap tidur, selalu mengigau. Macam-macamlah yang diucapkannya. Kadang dia panggil nama teman-temannya yang tidak selamat, kadang minta tolong karena katanya dikejar-kejar lelaki tua. Kata Priska, lelaki itu protes karena Priska selamat, sedangkan dia tidak. Sekarang, kalau bicara, suaranya selalu kencang, seperti berteriak. Mungkin karena malam kejadian itu, dia terus-terusan berteriak minta tolong."
ESTER
KOMENTAR