Kenangan Si Yiyis
Banyak kenangan indah tersisa dari Ana. "Dia bukan hanya anak tapi juga teman curhat saya. Kami bercerita apa saja. Sering dia cerita soal pekerjaannya." Ana yang jabatan terakhirnya adalah asisten manajer, sering bersama bundanya bersepeda keliling kompleks perumahan saat libur. "Sekarang, enggak ada lagi yang menemani saya. Ya, rumah ini jadi sepi. Kalau dia di rumah, ada saja yang dikerjakannya yang membuat situasi rumah tampak ramai. Ana memang tipe periang," jelas Asnah.
Kepada ayahnya, lulusan Administrasi Niaga UI itu juga sering bermanja. "Kalau jalan bersama, sering dia menggandeng ayahnya. Mesra banget. Lucunya, pernah saat saya tugas ke luar negeri, ada gosip di kantor suami yang mengatakan suami saya nikah lagi. Suami saya sampai dipanggil atasannya, lho. Ternyata, ada yang melihat suami dan Ana jalan bareng, bergandengan mesra," kenang karyawati Deplu ini seraya tersenyum.
Satu lagi sifat positif Ana, "Dia tidak pemah mau menjelek-jelekkan temannya. Itu sebabnya, teman-teman Ana banyak yang suka. Terkadang mereka menginap. Bisa sampai berenam, ngobrol apa saja. Wah, ramai sekali," kenang Asnah.
Masih menurut Asnah, seminggu belakangan ini Ana minta orangtuanya menjual mobil lama dan menggantinya dengan yang baru. "Hasil penjualan mobil lama untuk DP, nanti dia yang akan mengangsur. Mobilnya baru dipakai di sekitar kompleks karena STNK-nya belum keluar. Lucunya, dia kasih nama mobilnya si Yiyis."
Hingga Jumat (25/9), pelaku pembunuh Ana belum terungkap. "Buat saya tidak terlalu penting. Ini semua, kan , sudah jadi tugas polisi. Bagi saya, yang penting adalah menjaga hati dan melihat hari esok. Memang sedih melihat kamarnya yang kini kosong. Juga sakit melihat barang-barang miliknya. Tapi kami harus menatap ke depan. Masih ada anak kami yang perlu perhatian. Saya selalu berdoa, Ana sudah tenang bersama Sang Pemilik. Meski rumah ini selalu mengingatkan pada musibah Ana, kami tetap akan tinggal di sini."
Henry Ismono
KOMENTAR