Hari Lebaran tiba. Seperti umat muslim lainnya, keluarga Darmansyah-Asnah, Minggu (20/9) pagi itu menjalankan salat Id. Mereka berangkat dari rumahnya di kawasan Islamic Village, Tangerang, sekitar pukul 06.30 menuju masjid tak begitu jauh dari rumahnya. Hanya si sulung, Ana Miriana (27), yang ada di rumah karena sedang berhalangan.
"Malam sebelumnya, sebenarnya Ana berniat mengantar kami dengan mobil. Dia mau ngedrop, kemudian menjemput lagi. Tapi paginya dia belum siap karena kurang enak badan. Jadilah saya yang nyetir, sementara dia sendirian di rumah," ujar Asnah yang ke masjid bersama suami dan Iqbal (17), anak bungsunya. Usai salat, "Kami langsung pulang, tidak mampir ke mana-mana," lanjutnya.
Sekitar 1,5 jam kemudian, ketika tiba kembali di rumahnya, Iqbal melihat pintu belakang rumah terbuka. Perasan tak enak langsung menyergapnya. Ketika Asnah memarkir mobilnya, Iqbal menghambur ke belakang rumah. Ternyata, sepeda motornya raib. "Iqbal berteriak memanggil kakaknya, tapi tak ada jawaban. Suami saya yang lebih dulu masuk rumah tiba-tiba malah melarang saya masuk. Saya enggak mengerti maksudnya. Ternyata, Ana sudah meninggal di kamarnya."
Iqbal yang pertama kali masuk rumah, melihat pemandangan mengenaskan. Di kamar, Ana ditemukan tertelungkup sudah tak bernyawa dengan kondisi bersimbah darah. Ada enam tusukan di tubuhnya. Bahkan, darah berceceran di mana-mana. Belakangan, Asnah menyaksikan bekas darah ada di dekat telepon dan laci lemari yang berantakan.
Namun, saat itu Asnah dan Darmansyah tak mampu berpikir macam-macam. Konsentrasi mereka hanya menyelamatkan Ana. "Saya dan Iqbal mencoba membopongnya masuk mobil dan segera membawanya ke rumah sakit. Tapi saya enggak kuat. Sungguh, saya syok sekali. Akhirnya, kami minta bantuan tetangga yang juga baru pulang salat," tutur Darmansyah. Sampai di RS Tangerang, Ana dinyatakan sudah meninggal. "Sebenarnya, saya juga sudah yakin, saat kami temukan, Ana sudah tewas," lanjutnya.
Henry Ismono
KOMENTAR