Film ini diawali dengan kisah ketika Carrie Bradshaw (Sarah Jessica Parker) pertama kali bertemu tiga sahabatnya, Miranda Hobbes (Cynthia Nixon), Samantha Jones (Kim Cattrall), dan Charlotte York (Kristin Davis) di New York sekitar tahun 80-an. Saat itu, masing-masing dari mereka masih berusia 20-an.
Dan untuk bisa mengembalikan masa itu, kru SATC2 berusaha keras mendekor ulang beberapa jalan di sana, persimpangan 5th Avenue dan 58th Street, agar mirip seperti suasana tahun 80-an. Puluhan mobil antik, ratusan orang yang berlalu-lalang dengan pakaian di era itu, dan karakter Carrie muda dan kawan-kawan tak luput dari perhatian.
Puluhan kru dikerahkan untuk bisa membawa semua perlengkapan syuting 4 sekawan ini saja, mulai dari sepatu, pakaian, tas, aksesoris, dan lainnya. Itu belum termasuk kru untuk peralatan, produksi, kostum, make-up, dekorasi, keamanan, dan lain-lain. Artinya, ratusan orang terlibat di sini.
Kabarnya, butuh waktu berbulan-bulan, lho, untuk bisa mengamankan wilayah tadi, terlebih lokasi apartemen Carrie dan Big (suami Carrie) di Upper East Side, dari kejaran para fans dan paparazzi. Akhirnya setelah meminta bantuan kepada pemerintah Kota New York dan persetujuan dari penduduk setempat, akses menuju ke lokasi syuting boleh ditutup dan pemerintah setempat mengalihkan rute busnya ke jalur lain.
Lydia Marks, sang dekorator apartemen, mengonsep apartemen dua pasangan ini dengan sangat luar biasa. Saat membuatnya, katanya, ia terinspirasi film Alfred Hitchcock. Untuk urusan kloset saja, Marks membuatnya amat menarik. Ia membuat dua kloset yang dibuat khusus masing-masing untuk Carrie dan Big yang ada di kamar mandi mereka yang didominasi warna cokelat dan biru.
Selain New York, tempat lain yang digunakan sebagai lokasi syuting adalah Maroko. Sebenarnya, cerita dalam film yang diadaptasi dari novel milik Candace Bushnell berjudul sama ini, Carrie dan tiga temannya berlibur di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab). Namun, oleh karena pemerintah di sana menolak kedatangan mereka, jadilah mereka memindahkan lokasi syuting ke Maroko. Penulis skenario dan sutradara film, Michael Patrick King, mengatakan, Uni Emirat Arab tak mau negaranya dijadikan lokasi syuting oleh empat tokoh SATC2 yang berpikir terlalu liberal soal kehidupan seks mereka.
Kedatangan Carrie dan teman-temannya ke Abu Dhabi adalah untuk menerima undangan gratis dari seorang kenalan Samantha yang memiliki hotel di sana. Ajakan itu tentu saja diterima lapang dada oleh keempat wanita cantik itu. Di samping untuk berlibur, itung-itung mereka bisa 'lari' sejenak dari masalah rumah tangga masing-masing.
Di sana, tim produksinya memilih sebuah tempat yang padat, gang-gang kecil yang dipenuhi para penjual, toko, dan turis yang berlalu-lalang. Mereka juga melakukan proses produksi di Padang Sahara yang eksotis dan banyak melakukan adegan menaiki unta, juga berjalan-jalan ke pelosok Maroko. Penasaran, kan, seperti apa gaya Sarah dan kawan-kawannya mengendarai unta lengkap dengan pakaian dan sepatu mahal mereka?
Bagi 4 sekawan ini, Maroko merupakan tempat syuting terjauh yang pernah mereka tempuh. Yang menariknya lagi, setiap adegan yang ada di kota itu diakui mereka sebagai pengalaman pertama yang menyenangkan dan inspiratif. "Perjalanan menuju hotel untuk melepas lelah mengingatkan betapa jauhnya kami dari rumah. Tak terkecuali panggilan berdoa lima kali sehari yang menggema," ujar Sarah.
Ya, sama seperti di Uni Emirat Arab, penduduk Maroko mayoritas beragama Islam, jadi tak heran jika empat artis cantik ini dan kru SATC2 banyak menemukan masjid dan mendengar azan (panggilan sholat).
Dalam film ini juga diceritakan, saat berada di Abu Dhabi keempat sahabat itu menyempatkan diri mengunjungi sebuah klub malam dan karaoke di sana. Ternyata, syuting itu dilakukan di New York, lho. Klub malam itu bernama I Am Woman.
Lydia membangun sebuah atap mosaik raksasa setinggi 50 kaki dengan ukiran khas Arab di sebuah studio di New York. Lydia juga menggunakan banyak kain berwarna emas ber-glitter, dan tentu saja lengkap dengan pola khas Arab juga.
Pada adegan klub malam itu digambarkan beberapa wanita Arab masuk ke dalam klub sambil melempar cadar, lalu memperlihatkan pakaian minim ala Barat yang dikenakannya di balik burkanya, kemudian menjamu mereka yang akan berkaraoke. Situs Inggris Daily Mail menyebutkan, trailer film ini telah melewati "batas" rasis. Akibatnya, keempat tokoh ini sempat dianggap anti Islam.
Film keluaran Warner Bros dan New Line Cinema ini menghabiskan biaya hingga US$ 95 juta, yaitu US$30 juta lebih banyak dibandingkan film pertamanya. Sejak rilis 27 Mei lalu, film ini meraih pendapatan kotor sebanyak US$ 78.953.000 dan diharapkan bisa melampaui pendapatan film pertamanya.
ESTER/Dari berbagai sumber
KOMENTAR