Berawal dari mengikuti pameran kuliner di Jogja Expo Center pada 12 Desember 2009, Ketan Kedaton (KK) mulai dikenal masyarakat Yogya. Menariknya, selama pameran yang berlangsung empat hari itu, stan KK kewalahan melayani permintaan pengunjung. Porsi yang terjual per hari sekitar 800-900 porsi, jauh melebihi jumlah yang ditargetkan, yaitu 400. Sempat vakum selama dua bulan usai pameran, selama itu pula banyak yang memesan atau bertanya di mana bisa membeli lagi.
Akhirnya Lily Nur Indah Sari (31), Niken Ardhianti (26), Irene Anita Pilla (29), dan Hanny Lukito (23) yang tak lain karyawan Adi Putra, sebuah perusahaan yang antara lain membawahi KK, membuka gerai di bagian foodcourt swalayan Progo di Yogyakarta. Kalau ditilik dari penampilan dan isinya, KK memang tampak berbeda dari ketan yang umumnya masih tradisional. Sesuai namanya, KK berupa kudapan dari ketan, tapi berwarna cokelat lantaran dicampur beras merah.
Sebagai pelengkap, areh bisa ditambahkan. "Kami tidak menggunakan bahan pengawet, tapi bisa awet sampai 1 bulan di kulkas. Kami sengaja membuat yang berbeda supaya anak muda juga bisa menerimanya sebagai kudapan. Awalnya pembeli merasa aneh ketika melihat tampilannya, tapi setelah mencoba malah ingin memesan, bahkan berniat mewaralaba," tutur Irene sambil menambahkan, ada pula minuman wedang tahu yang jadi pelengkap menyantap KK.
Kekhasan tampilan dan rasa ini rupanya yang membuat pembeli suka, memesan KK untuk arisan, seminar, rapat, acara kantor, atau bahkan untuk dibawa sebagai oleh-oleh ke luar kota. Apalagi, harganya hanya berkisar Rp 2.000-3.500 per porsi. "Kami menyediakan juga layanan antar untuk wilayah Yogya. Sejak ikut pameran sampai sekarang, setiap hari nyaris selalu ada pesanan untuk berbagai acara. Ada pula yang pernah beli sambalnya saja untuk dibawa ke Amerika," ujar Niken.
HASUNA DAYLAILATU
KOMENTAR