Adalah Mommy Gumilar (54), sekretaris pribadi Ainun, yang tahu betul kehidupan mendiang sehari-hari. Selama 20 tahun Mommy mendampingi Ainun melakukan segala aktivitasnya. Di mata Mommy, Ainun adalah sosok luar biasa. Mommy ingat benar, suatu siang kala mobil yang mereka tumpangi terjebak kemacetan di Bundaran Semanggi, Ainun mencurahkan isi hatinya. "Mom, sebetulnya aku malu duduk di mobil mewah seperti ini," ungkap Ainun saat itu. "Rupanya Ibu melihat pencari rumput tengah menarik gerobaknya. Saat itu Ibu terlihat sedih lalu menyuruh saya turun dari mobil dan memberi orang itu uang. Saya juga diminta menanyai perihal pencari rumput itu." Berapa besar uang yang diberikan Ainun kepada si pencari rumput? "Pokoknya, untuk saat itu nilainya besar."
Keprihatinan dan kegundahan Ainun tak hanya itu. Kala mobil yang ia tumpangi melewati kolong jembatan di Jalan Kuningan, Ainun yang ketika itu masih mendampingi Habibie sebagai Menristek, kembali melontarkan uneg-unegnya. "Lihat itu anak-anak jalanan banyak yang tidak sekolah. Coba kamu tanyai mereka." Keesokan harinya Mommy menemui anak-anak jalanan, keluar-masuk perkampungan di belakang kediaman Ainun di Patra Kuningan mencari anak putus sekolah.
"Selama seminggu saya bergaul dan mencari informasi tentang anak-anak jalanan itu. Memang benar, mereka sangat miskin dan datang ke Jakarta karena dikirim orang dari berbagai daerah yang disebut anak-anak itu sebagai "bos"-nya. Semua informasi yang saya peroleh saya laporkan ke Ibu. Beliau kelihatan begitu sedih dan prihatin," kenang Mommy.
Selang beberapa saat kemudian, Ainun yang dikenal peduli dengan dunia pendidikan dan memiliki jiwa sosial tinggi, akhirnya mendirikan Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orang Tua Bimbing Terpadu (ORBIT) yang banyak memberi beasiswa bagi anak tak mampu. Gerakan ini diresmikan mantan Presiden Soeharto, Desember 1995.
Pertemuan Mommy dengan Ainun terjadi pada 1984 ketika Mommy aktif di kepengurusan Dharma Wanita BPPT. "Kebetulan suami saya, Rubijanto, menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Pak Habibie di BPPT. Oleh karena itu saya juga harus aktif di kegiatan Dharma Wanita di BPPT."
Suatu saat di tahun 1985, Ainun menyelenggarakan pengajian di BPPT. Kebetulan Mommy kebagian tugas mencari penceramah dan menuliskan isi ceramah di buletin BPPT. Tak diduga, bulan Oktober, Ainun yang ketika itu tengah berada di Amerika, menelepon Mommy. "Saya diminta menjadi sekretaris pribadinya. Saya terkejut dan sempat bertanya, apa tidak salah pilih? Meski ragu, saya jawab, akan ikut tes selama tiga bulan. Tetapi baru bekerja selama seminggu, Ibu bilang tidak mau menunggu lama-lama. Ya sudah, sejak saat itu hingga 18 tahun kemudian saya bekerja sebagai sektretaris pribadi Ibu."
Apa kunci sukses Mommy melayani Ainun selama 18 tahun? "Modal saya hanya kejujuran. Saya bekerja atas dasar disposisi Ibu. Saya selalu berusaha sebaik mungkin melayani Ibu. Berusaha tahu seleranya. Ibu itu orangnya tepat waktu. Intinya, saya benar-benar mengabdi. Saya menganggap Ibu dan Pak Habibie seperti ayah dan ibu sendiri. Beliau juga menganggap saya seperti anak sendiri."
Selama belasan tahun bekerja, Mommy mengaku baru sekali kena "marah". "Ibu kalau marah cuma diam. Pernah suatu kali saya ditegur Bapak gara-gara ada acara yang konsumsinya kurang. Padahal, saya sudah membeli konsumsi atas dasar disposisi Ibu. Lalu disposisi itu saya perlihatkan kepada Bapak. Setelah semuanya jelas, saya minta maaf. Eh, Ibu malah kasih saya kado berupa bros mutiara. Ibu memang rajin memberi kado."
Ainun, kata Mommy, adalah sosok yang lembut, sabar, dan penuh kasih sayang. "Juga penuh perhatian kepada anak buahnya. Misalnya, anak atau suami saya tengah sakit, Ibu selalu memaksa saya agar secepatnya menghentikan pekerjaan dan pulang. Ibu bilang, keluarga harus nomor satu. Nah, saat saya pulang, Ibu memberi saya vitamin untuk anak saya yang sakit."
Atau suatu kali, anak Mommy minta dibelikan wafer dari Jerman. "Meski lama tinggal di Jerman, Ibu tidak tahu kalau ada wafer merek Hanuta. Ketika hal itu saya sampaikan, setiap kali Ibu kembali dari Jerman selalu bawa Hanuta hingga anak saya berumur 21 tahun. Ketika saya beritahu anak saya 'protes' soal kiriman Hanuta itu, Ibu seperti baru tersadar bahwa anak-anak saya kini sudah besar-besar," ujar Mommy sambil tertawa.
Rini Sulistyati/ bersambung
KOMENTAR