Dalam peristiwa itu, selain barang-barang dalam rumah kontrakan ikut hancur, seluruh penghuni rumah juga mengalami luka bakar serius. Di Palmerah, Jakarta Barat, peristiwa serupa berlangsung Senin (12/4), ketika seorang pedagang nasi tengah mengganti gas yang habis di rumahnya. Akibat peristiwa itu, delapan rumah warga di pemukiman padat penduduk dan sebagian ruang kelas SDN 13 dan SDN 14 Palmerah dilalap api, sehingga mengganggu siswa yang tengah menjalani Ujian Nasional.
Sabtu (17/4), lima hari setelah itu, ledakan gas juga terjadi di Kelurahan Harapan Mulya, Kemayoran, Jakarta Pusat. Akibat ledakan di rumah Purwanti (49) ini, tiga orang tewas. Termasuk Purwanti yang meninggal setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Lalu, Minggu (25/4) pagi, ledakan gas membahana di rumah Among di Duri Pulo, saat ia hendak mulai memasak.
Tak berhenti di situ, Senin (26/4), hanya selang sembilan hari setelah peristiwa di Kemayoran, ledakan gas kembali berulang di sana, tak jauh dari lokasi ledakan yang pertama. Tak tanggung-tanggung, pada hari itu terjadi pula tiga ledakan gas lain di tiga tempat yang berbeda! Masing-masing terjadi di Cakung, Jakarta Timur, Bogor, dan Makassar.
Ledakan di Cakung menewaskan seorang tukang bakso dan membuat seorang ibu dan anaknya mengalami luka bakar. Sedangkan di Bogor, Sujiman Abdullah (43), seorang peracik obat untuk terapi, tewas mengenaskan karena kepalanya terhantam tabung gas ukuran 3 Kg saat gas dari tabung itu meledak. Kebakaran yang kedua di Kemayoran, diduga disebabkan oleh kebocoran pada regulator. Sedangkan di Makassar, penyebabnya diduga selang yang bocor.
Hanya Bunyi Ledakan
Banyaknya peristiwa ledakan gas ini menimbulkan pertanyaan, apa sebetulnya penyebab ledakan tabung gas? Bambang Trikora Putra, Vice President Communication Pertamina, menjelaskan, sebetulnya selama ini tidak pernah terjadi ledakan tabung.
"Yang selama ini terjadi, ketika ada kebocoran gas maka akan terjadi pengembangan udara atau pemuaian. Bila ada api, akan meledak. Jadi ledakan itu berasal dari tekanan dan pemuaian gas karena panas. Itu yang menimbulkan bunyi ledakan. Jadi penyebabnya bukan karena tabungnya yang meledak," ujar Trikora sambil menambahkan, selama ini kebanyakan yang meledak adalah tabung gas ukuran 3 Kg.
Mengutip keterangan Divisi Komunikasi Pertamina yang dirilis di situs www.pertamina.com, setiap pengadaan material elpiji ukuran 3 Kg dilakukan Pertamina melalui pabrikan yang direkomendasi oleh Deperindag serta memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga diyakini material tersebut sudah memenuhi standar keamanan. Sebelum didistribusikan ke masyarakat, petugas Pertamina akan melakukan pemeriksaan quality control terlebih dulu sesuai SNI.
Dari penggalian informasi dan peninjauan lapangan oleh Pertamina dan penyelidikan kepolisian, menurut rilis tersebut, didapatkan fakta, hampir seluruh kejadian kebakaran disebabkan adanya kelalaian atau ketidaktahuan penggunaan material elpiji 3 Kg. Dalam kejadian ini, hampir tak ditemukan adanya tabung yang meledak. Sampai saat ini, Pertamina mengklaim telah secara rutin melakukan sosialisasi, termasuk tata cara penggunaan dan peningkatan kesadaran pengguna atas keamanannya.
HASUNA DAYLAILATU, SITA DEWI
KOMENTAR