Suatu kali, Oki Wong, pemuda Batubara yang lama tinggal di Medan ini, punya ide ingin mengembangkan tenunan songket Batubara. "Saya ingin agar tenun Batubara jangan hanya dipakai untuk acara adat saja. Tapi, bisa dipakai buat sehari-hari. Makanya saya ubah motif dan warnanya. Pokoknya saya tinggal menyesuaikan dengan pasar saja. Saya kumpulkan semua koleksi tenun Batubara ini," urai Oki.
Dulu, lanjutnya, motif dan warna yang dimiliki tenunan ini hanya satu warna saja. Misalnya, bila kuning semua, bahan tenunan berwarna kuning. Begitu pula jika tenunan songketnyau warna merah.
Namun, setelah di tangan Oki, tenun Batubara disulap menjadi beragam produk. Mulai dari pakaian, sarung dan selendang, tas, sepatu, bando, gelang sampai aksesori lainnya. Imbasnya, masyarakat yang selama ini tak tahu tenunan Batubara, sekarang sudah mulai mengenal rancangan Oki.
Kebanyakan pelanggan Oki adalah calon pengantin yang ingin dibuatkan busana pengantin untuk padanan kebaya. Walau dari bahan yang murah, tapi hampir semua rancangan Oki terkesan eksklusif. Sehingga baju-baju rancangan Oki yang berbahan tenunan ini banyak di bawa orang ke Jepang, Hongkong dan Amerika.
Harga yang dipatok pun beragam, tergantung proses pengerjaannya. Biasanya untuk kain dan selendang, Oki mematok mulai dari Rp1 juta hinga Rp5 juta. Tas mulai dari Rp398 ribu hingga Rp998 ribu. Saat ini, dari semua karyanya, yang paling laris adalah rancangan Oki yakni mengawinkan tema oriental Chinese dan Melayu.
Biasanya kosumen dari Malaysia akan datang langsung ke Batubara untuk memesan. Mereka juga melihat langsung cara pembuatannya. Untuk ke depannya, Oki bercita-cita ingin merancang tenun Batubara ini jadi busana muslim, juga gorden dan bantal sofa. Suatu saat nanti, Oki juga bercita-cita tenun songket Batubara bisa semakin dilirik pasar.
Seragam Wajib Karyawan
Salah satu kekayaan budaya Jambi adalah kebiasaan kaum wanitanya mengenakan penutup kepala yang disebut Kuluk atau Tengkuluk. Jambi ternyata menyimpan warisan tradisi penutup kepala ini.
"Kuluk banyak dipakai para wanita sehari-hari. Pemerintah Jambi menggali kembali tradisi itu dan mempopulerkannya agar bisa dikenakan tak hanya di Jambi saja," kata Nurlaini, pengelola koleksi kuluk daerah Jambi.
Keunikan kuluk Jambi, kata Nur, bisa dikenakan bersama berbagai model kebaya klasik dan modifikasi aneka blus, dipadankan dengan kain batik maupun songket. Kelebihan lainnya, "Tak perlu menggunakan jarum pentul atau peniti. Untuk wanita yang berkerudung, kuluk juga bisa jadi alternatif gaya berkerudung. Bila wanita sudah berkuluk, otomatis dia sudah melestarikan warisan luhur budaya bangsa sendiri," tutur Nur.
KOMENTAR