Usai memenangkan TBLA, aku dan seluruh keluarga pulang ke Indonesia. Aku bertekad untuk terus hidup sehat dan diet ketat. Manfaat dan keuntungannya sudah kurasakan. Bisa bebas beraktivitas, berolah raga apa saja, dan lebih dihormati orang. Aku tak mau hidup dengan obesitas lagi. Sungguh menyiksa. Bila godaan makan datang, aku akan ingat lagi betapa beratnya masa 6 bulan berjuang diet untuk mengalahkan berat badan.
Kini, aku tetap makan dengan porsi kecil. Kalorinya kutakar sendiri. Masak pun sendiri. Aku masih mengikuti pola makan seperti yang diajarkan selama karantina. Masih makan nasi merah dengan lauk ikan atau ayam, dilengkapi sayur dan ditutup dengan makan buah. Porsi besar tidak akan muat lagi di perutku. Aku pun berhenti makan malam di jam 19.00. Bila masih lapar, makan buah yang berserat seperti apel atau pepaya. Jangan lupa, minum air putih yang banyak.
Dengan berat badan 74 kg, kini aku tidak kesulitan lagi membeli celana panjang, kaus atau kemeja, bahkan sepatu yang sesuai dengan ukuranku. Untuk sepatu, kini aku pakai ukuran 46 (semula 49, Red.). Boleh dibilang koleksi celana panjang, kemeja, kaos, dan sepatuku semua baru. Koleksi lama kuberikan ke orang lain dan sebagian kusimpan sebagai kenang-kenangan.
Setelah menjadi pemenang TBLA, aku harus bertemu dan berhadapan dengan banyak orang baru. Misalnya, bertemu sejumlah awak media, baik cetak maupun elektronik untuk melakukan wawancara dan difoto. Menyenangkan, dan kini aku mulai terbiasa dan bisa berhadapan dengan kamera foto dan televisi.
Bertemu awak media, artinya aku telah melakukan sebagian tugasku sebagai duta besar obesitas. Aku juga harus siap bicara di muka umum kapan saja diminta untuk mengkampanyekan soal obesitas. Tugas utamaku adalah menjaga tubuh tetap langsing. Membuktikan kepada khalayak luas, obesitas bisa menjadi sarang penyakit.
Setelah ikut kompetisi ini, pandangan dan pemikiranku lebih positif, terutama untuk menuju jalur hidup sehat. Bila aku tetap gendut, pastilah tubuhku jadi sarang penyakit. Masih pula terbayang betapa sulitnya mencari celana dengan ukuran pinggang 52. Tak ada toko di Indonesia yang menjual celana dan baju dalam ukuran besar.
Aku juga sadar bila menginginkan sesuatu, tak ada yang mustahil. Dan, bila Tuhan kehendaki, tak ada yang tidak mungkin. Pasti bisa. Aku bersyukur kepada Tuhan, dengan mengikuti kompetisi TBLA ini aku bisa berubah. Kompetisi ini telah membantu banyak orang.
Asupan harus lebih banyak dari makanan berserat dan bergizi. Meninggalkan nasi sama sekali, itu tidak benar. Itu konsep berdiet yang salah. Tubuh memerlukan energi. Karbohidrat, kalori, buah, tetap perlu. Kombinasi diet harus tepat.
Bila terbiasa makan di luar, mulailah sekarang membawa makanan sendiri yang lebih sehat. Bila jajan, kita tidak tahu, kan, seberapa kadar minyaknya, bumbunya apa yang dipakai. Di minggu pertama mungkin luar biasa berat, tapi jika sudah terbiasa, enteng saja.
KOMENTAR