Itulah sepenggal kalimat Anand Krishna (54) dalam buku Penggal Kepalamu dan Persembahkan Pada Sang Murshid, karya Ketua Yayasan Anand Ashram (YAA), Maya Safira Muchtar. Anand yang selama ini dikenal dengan sebutan guru spiritual, kini resmi menjadi tersangka dalam kasus dugaan pelecehan seksual terhadap mantan muridnya, Tar (19).
Kejadian pelecehan yang diakui Tar sebetulnya sudah terjadi setahun lalu. Kala itu, Tar dan ibunya, Ning (48), masih aktif di YAA. Menyusul ibunya yang sudah aktif selama lima tahun, Tar pun bergabung di padepokan yang dibangun tahun 1990 itu. Baru enam bulan bergabung di situ, Tar sudah ditunjuk menjadi koordinator kelompok muda-mudi.
Kamar Pribadi
Tar yang mengaku sempat kaget dengan kiriman-kiriman Anand, mengungkapkan hal itu ke Maya. "Memang begitu seharusnya murid kepada guru. Perasaan (cinta) itu harus terus dipupuk dan dikembangkan," ujar Tar menirukan ucapan Maya.
Begitulah, sejalan dengan waktu perlakuan "istimewa" Anand terhadap Tar semakin kentara. Beberapa kali Tar diajak masuk ke kamar pribadi Anand. Awalnya, Tar tak sendirian. Ada beberapa orang asisten Anand di dalam kamar itu. Belakangan, "Satu persatu mereka meninggalkan saya di kamar itu."
Setiap pulang kuliah, Anand minta Tar mampir ke L' Ayurweda, sanggar dan spa milik Anand, di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. "Dari situ, dia mulai memegang-megang tubuh saya dan mencium saya."
Perhatian yang diterima Tar semakin meningkat. Ia merasa berada di bawah pengaruh doktrin Anand. "Bahkan saya tidak boleh tidur sebelum dia menelepon saya." Tar bukannya tak curiga. Hati kecilnya berontak. Tetapi ia percaya, sang guru tak mungkin menjerumuskan muridnya.
Dijemput 40 Orang
Kecurigaan Ning bertambah kuat saat 40 orang dari YAA mendatangi kediaman Ning, 14 Juni 2009. Mereka mengaku mendapat pesan dari Tar yang merasa dikurung di dalam rumah dan ingin melepaskan diri. "Saat itu saya langsung syok dan menangis," kata Ning. Lewat negosiasi alot, Ning akhirnya membukakan pagar. Meski pihak Ashram bersikukuh mengambil Tar, Ning tidak mengizinkan. Akhirnya diambil jalan tengah. "Tar saya kos-kan di dekat kampusnya."
Sepupu Ning yang juga pernah aktif di YAA membenarkan, ada pelecehan seksual di padepokan itu. Ning juga menemui psikolog dan psikiater yang kemudian menyimpulkan, Tar telah dicuci otak.
Setelah mendapat rekomendasi dari ahli jiwa, Ning memutuskan mengambil paksa Tar dari tempat kosnya. Ia membawa putri sulungnya itu ke rumah kakaknya untuk diisolasi, terutama dari orang-orang Ashram. Upaya itu bukannya berjalan mudah. Tar bahkan sempat mengancam bunuh diri dan menolak pergi kuliah.
Tiga bulan berselang, hipnoterapi yang dilakukan mulai membuahkan hasil. Kesadaran dan akal sehat Tar mulai kembali normal. Tar pun mulai mengingat kejadian saat ia digerayangi seluruh tubuhnya dan dicium.
Sita Dewi/bersambung
KOMENTAR