Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi salah satu bank yang peduli kepada pengusaha kecil alias rumahan. Selain punya Kupedes yang plafon kreditnya maksimal Rp 100 juta, bank yang dibentuk sejak 1895 ini juga punya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang plafonnya bisa lebih kecil. Bahkan Anda bisa meminjam dengan nilai Rp 5 juta. Lantaran kredit yang diberikan kecil, syarat yang ditetapkan pun mudah. "Yang penting usaha yang akan diberi kredit, layak. Mudahnya usaha yang akan diberikan, menguntungkan," kata Irwan Junaedy, Wakil Kepala Devisi Bisnis Mikro BRI, pekan lalu. Pria yang besar di Yogya itu menambahkan, KUR, biasanya diminati oleh para pebisnis pemula dengan skala rumah tangga. "Karena kredit yang disalurkan nominalnya kecil, syaratnya juga mudah." Selain identitas, juga perlu melampirkan izin usaha yang cukup dikeluarkan oleh Kelurahan atau Kecamatan.
Pihaknya sengaja memberi kemudahan bagi calon kreditur KUR, mengingat para pebisnis pemula dengan skala rumahan tak mungkin dituntut untuk memiliki SIUP, NPWP dan sebagainya. "Kalau tuntutan kami harus punya SIUP dan NPWP, dari mana mereka akan dapat pembiayaan modal?"
Kredit mikro di bawah 100 juta dilayani di semua kantor Unit BRI. "Prosesnya juga cepat. Paling seminggu sudah kelar," tandas Irwan. Kenapa bisa cepat? Karena untuk besaran kredit tertentu (di bawah Rp 25 juta), kata Irwan, keputusan diterima atau tidak, ada di tangan kepala unit.
Hanya saja, sebelum diputuskan, pihaknya tentu akan melakukan survei ke calon kreditur lebih dulu. Para mantri, begitu sebutan sales di BRI Unit, akan melihat usaha yang akan dibiayai. Juga ada analisis pembukuannya. "Tapi, tuntutan kami bukan pembukuan yang rumit lho. Pembukuannya sederhana saja. Yang penting kami yakin usaha itu layak dibiayai."
Kelayakan itulah sebenarnya yang menjadi "jaminan utama" apakah usaha itu layak dikucuri modal atau tidak. "Kalau ada tambahan jaminan seperti sertifikat, akta jual beli, atau BPKB, itu sekadar jaminan tambahan saja. Sebagai pengikat kepercayaan antara pihak bank dengan nasabah."
Jangka waktu kredit usaha mikro ini rata-rata antara 1-2 tahun. Namun, ada juga yang sampai 3 tahun. "Kita, kan, tidak mungkin bisa memprediksi usaha untuk 5 tahun mendatang. Yang paling pas, ya antara 1-2 tahun."
Kalau toh selama masa angsuran nasabah ingin menambah modal lagi, bisa dibicarakan dengan pihak bank. "Misalnya baru setahun (dari 2 tahun kewajiban mengangsur) nasabah ingin menambah modal lagi, kami sangat terbuka." Tentu permintaan itu akan dikabulkan jika hasil review kami terhadap nasabah itu bagus. Kalau rapornya bagus, sangat memungkinkan menambah modal lagi."
Apalagi, bagi Irwan, tujuan memberi modal itu agar usaha nasabahnya lebih maju. "Kami berharap, modal yang kami berikan itu bukan sekadar cukup untuk mengangsur setiap bulannya, tapi juga bisa memperbesar usahanya."
Rupanya, pihak BRI tak sekedar memberikan modal. Para mantri dan kepala unit juga punya tugas pengawasan dan pembinaan. Para mantri itulah yang tiap hari berkeliling mengunjungi nasabahnya. "Dia yang tahu perkembangan usaha nasabah. Kalau omset nasabah menurun, bisa dicari penyebab dan solusinya."
Peran para mantri dan kepala unit memang sangat vital. "Makanya kami sangat mengapresiasi mereka." Namun, di satu sisi, sebenarnya kinerja mereka pun bisa diukur dari keberhasilan para nasabahnya. "Kalau kredit para nasabah lancar, kan, otomasis kinerja pembiayaan di unit itu juga lancar."
KOMENTAR