Omong-omong, apakah LPB lebih murah ketimbang listrik reguler? Sebenarnya, tarif LPB sama dengan tarif daftar listrik yang sudah ditetapkan. Hanya saja, untuk LPB, pelanggan tak perlu membayar biaya beban. "Sebenarnya, relatif lebih murah. Tapi, yang terpenting, pelanggan bisa menentukan sendiri berapa pemakaian listriknya," kata Purnomo.
Bagi masyarakat yang berminat beralih ke LPB, ujar Purnomo, caranya mudah saja. Mereka tinggal mendaftar di kantor PLN dengan membawa KTP plus alamat lokasi rumahnya. Selanjutnya, petugas akan melakukan survei. Dan beberapa hari kemudian, petugas akan datang lagi untuk melakukan penyambungan. "Bagi yang ingin tambah daya atau pindah dari cara regular ke LPB juga mudah, kok. Mereka tinggal mendaftar ke PLN."
Selama ini, untuk memperkenalkan LPB ke masyarakat, "Kami melakukannya door to door. Kami juga membagikan brosur ke masyarakat. Rupanya, responsnya cukup bagus dengan hadirnya LPB ini. Untuk wilayah kami, sudah 18 ribu pelanggan yang terdaftar," ujar Purnomo yang masih menggratiskan biaya pemasangan karena masih dalam tahap promosi.
Dikatakan Purnomo, LPB masih diperuntukkan bagi warga menengah yang kebutuhan listriknya tak begitu besar. Untuk warga yang pemakaian listriknya per bulan hingga jutaan rupiah, cara ini tentu kurang efektif. "Pegal juga, kan, kalau harus berkali-kali isi pulsa," canda Purnomo seraya mengatakan LPB adalah teknologi dari Afrika Selatan.
Apakah keuntungan PLN tidak berkurang bila masyarakat berhemat? Purnomo mengaku malah senang. "Bila mereka hemat, kami bisa berkonsentrasi menyalurkan listrik lebih banyak lagi ke masyarakat lain. Tapi, yang pasti, sistem ini akan menguntungkan masyarakat."
Tentu saja Purnomo menyerahkan kepada masyarakat untuk memilih. Dua opsi ini tetap ditawarkan. "Biar masyarakat sendiri yang menentukan," katanya.
Henry Ismono
KOMENTAR