Setahun yang lalu Siti Mariam Ghozali (44) dan beberapa peserta lainnya mendapat pelatihan mengolah ketela menjadi kripik rasa gadung dari Balai Latihan Kerja, Wonosobo (Jawa Tengah). Pelatihan ini untuk memberi nilai lebih pada ketela yang memang cukup banyak di Wonosobo. Sekaligus juga untuk bekal membuka usaha pada warga.
Usai pelatihan, Siti Mariam yang juga seorang penulis buku dan memakai nama Maria Bo Niok, mencoba mempraktikkan ilmu baru ini. Sayang, "Ketika saya coba, hasilnya kurang begitu bagus. Meski begitu, saya terus berusaha untuk berhasil membuat kripik ketela rasa gadung," tutur warga desa Lipursari, Wonosobo ini.
Beberapa kali Maria terus uji coba. Prosesnya memang cukup rumit. Ketela dibersihkan dan dikupas kulitnya. Selanjutnya, dirajang tipis-tipis berbentuk bulat. Ketela direbus beberapa jam, kemudian direndam dalam air. "Bumbunya cukup garam dan bawang. Saya coba-coba sendiri."
Maria memberi nama usahanya UD Mari. Kripik itu dikemas dalam wadah plastik, diberi label merek dagangnya. Warga desa Lipursari ini berusaha memasarkan produknya ke Wonosobo dengan menitipkan di toko oleh-oleh. Ternyata, usahanya berhasil. "Banyak toko yang mau menerima kripik buatan saya," kata Maria.
KOMENTAR