Menurut Putra Wilda (32) pemilik Goodtea, meski belum lama didirikan, namun Goodtea sudah memiliki 1.500 mitra usaha yang tersebar di seluruh Indonesia. Awalnya, Putra yang sudah memiliki berbagai usaha ini tergelitik untuk terus mengeksplorasi usaha baru. Ia memilih teh, karena pamor minuman ini sangat popular dan nyaris tak ada orang yang tidak menyukainya.
Putra yang memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah pariwisata ini, lalu mengumpulkan berbagai macam teh dari berbagai jenis dan daerah di akhir tahun 2008 silam. Teh itu lalu diracik dan diseduh hingga beberapa kali percobaan.
Dari sekian puluh kali percobaan barulah ia menemukan rasa teh yang dianggapnya paling pas. Setelah berhasil menemukan formula teh yang rasanya dianggap pas, ia lalu membeli kayu dan triplek, kemudian membuat booth knock down. Selanjutnya didesain dengan bentuk dan warna yang didominasi hijau semenarik mungkin.
Lalu, tepat pada 1 Januari 2009, ia resmi membuka gerobak teh di depan rumahnya di kawasan Cinere, Jakarta Selatan. Tak disangka, setelah booth-nya dibuka, respons masyarakat sangat bagus. Bahkan, ada beberapa temannya datang untuk minta dibuatkan gerobak sekaligus meminta suplai bahan baku.
Dalam menjalin kerja sama, Putra tak menerapkan bentuk usaha franchise, namun ia lebih senang menggunakan sebutan mitra usaha. Dalam pola mitra usaha, Goodtea hanya menjual semua perlengkapan booth dan menyediakan bahan baku teh bagi mitra usahanya. Kepada mitra usahanya, ia menjual tiga jenis paket usaha.
Paket Silver A seharga Rp 4,5 juta. Mitra usaha akan mendapatkan sebuah booth knock down yang bisa ditempatkan di mana-mana, perlengkapan membuat teh, mulai teko, saringan, kotak es, gelas teh, dan lainnya. Sedangkan paket Silver B dijual seharga Rp 5,5 juta. Isinya sama dengan Silver A, tapi dengan tambahan sebuah mesin penutup gelas.
Sedangkan paket ketiga adalah Trycycle booth yang dijual dengan harga Rp 8,5 juta. Paket ini berupa gerobak roda tiga yang bisa dikayuh seperti becak, yang di dalamnya sudah dilengkapi peralatan teh seperti yang ada pada Silver B. "Trycycle ini fungsinya untuk keluar masuk kampung atau menuju ke tempat keramaian," papar Putra.
Yang meringankan bagi calon mitra, Putra tak memberi kewajiban untuk melakukan survei seperti yang dilakukan pelaku usaha lain jika akan bekerja sama. Begitu calon mitra usaha datang dengan memilih jenis paket usaha yang diinginkan, maka akan diterima. "Soalnya, yang mengetahui lokasi ramai atau tidak, ya calon mitra usaha itu sendiri," imbuh Putra.
Jika usahanya berjalan, lanjut Putra, pihaknya akan menyuplai teh dan gelas plastik berlogo Goodtea yang memang sudah menjadi kewajibannya. Produk teh lain, papar Putra, biasanya begitu teh habis, baru akan membeli ke distributor yang ditunjuk.
"Kalau kami tidak begitu. Cukup SMS, tim kami langsung datang untuk menyuplai semua kebutuhan, kecuali es batu, gula pasir, dan sedotan yang memang bisa dibeli di luar pihak kami," terang Putra yang kini memiliki kebun teh sewaan di Jawa Barat. Hingga saat ini, Putra menyediakan tiga jenis teh yang berbeda yakni jasmine tea, green tea, dan black tea, yang masing-masing dijual Rp 2500 per gelas.
Untuk menjaga kualitas dari teh yang dijual, lanjut Putra, ia memiliki tenaga yang secara diam-diam membeli ke booth-booth Goodtea layaknya pembeli pada umumnya. Tugas utamanya, mengecek apakah mitra usahanya sudah menjual teh sesuai dengan standar yang ditentukan pihak manajemen Goodtea.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR