Di tenda pengungsian Kampung Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Panjang, Kabupaten Bandung, wajah Amoi tampak begitu letih. Ibu lima anak ini tak kuasa menahan tangis ketika kerabat yang datang mencoba menenangkan dirinya. Ia tetap ingin bertahan di tenda pengungsian meski kerabatnya meminta ia untuk tinggal di rumah mereka yang aman. "Saya ingin tetap tinggal di sini, sampai keluarga saya yang hilang ditemukan," ujarnya sambil menahan tangis.
Bencana longsor menimpa pemukiman pekerja perkebunan teh pagi sekitar jam 08.00. Saat itu, Amoi yang bekerja di bagian kebersihan, sedang membersihkan kantor. "Hari itu udara cukup cerah," ujarnya. Namun, tiba-tiba saja, terdengar gemuruh yang sangat keras. Amoi melihat keadaan di luar, ternyata longsoran tanah datang begitu cepat dari perbukitan. "Saya mencoba lari ke luar," tutur wanita yang parasnya tampak lebih tua dari usianya ini.
Tak urung, tubuh Amoi sempat diterjang longsoran tanah. Dengan cepat, tanah sudah menimbun kakinya sebatas lutut. Tubuhnya sempat terseret tanah, sampai akhirnya ia berhasil diselamatkan menantunya. Tubuhnya yang letih masih sanggup berlari-lari kecil sampai ke daerah aman. Ia begitu terperanjat ketika dari kejauhan, "Saya melihat rumah saya dan tetangga sekitar sudah tertimpa tanah," katanya sendu.
Amoi begitu syok ketika sampai sore, keenam anggota keluarganya tak ditemukan. Mereka adalah dua anaknya, Eka (25) dan si bungsu Kirana (4), dua cucu, dan dua lagi menantu dan kerabat lain. Kepergian orang-orang terkasih inilah yang membuat Amoi begitu syok.
Penantian yang sama juga dirasakan Mia (36) yang kehilangan suami terkasih, Juju Rustandi. Mia masih ingat betul, hari sebelumnya sang suami yang bekerja di bagian administrasi perkebunan pulang dini hari karena lembur. "Dia membangunkan saya untuk salat. Sebelum tidur, suami saya sempat ke masjid dekat rumah. Dia azan, kemudian salat."
Setelah itu, sang suami terlelap. "Saya sempat memberinya selimut. Pagi-pagi saya sudah berangkat kerja," kata wanita pemetik teh ini. Tak lama kemudian, Mia juga mengalami musibah yang sama. Ia sempat melihat longsoran tanah menyapu pohon teh. Ia juga melihat longsor begitu cepat datang. Tapi, kejadian begitu cepat. Ia ikut terseret longsor sampai akhirnya terdampar di sungai. Salah seorang kerabat menolongnya.
"Saya memang selamat, tapi suami saya entah bagaimana nasibnya. Ia suami yang baik. Selama kami menikah ia tak pernah menyakiti hati saya. Ia juga karyawan yang baik. Beberapa waktu lalu, ia terpilih sebagai salah satu karyawan teladan. Mudah-mudahan, dia cepat ditemukan, baik hidup ataupun meninggal," ujarnya sendu.
Hingga Kamis (25/2) upaya pencarian jenazah masih terus dilakukan. Alat-alat berat menggaruk tanah untuk menemukan jasad para korban. Kepala dusun Kampung Dewata, Dadan (51) mengatakan, dari laporan para keluarga korban selamat, ada 45 orang yang dikabarkan hilang. "Sembilan belas di antaranya sudah ditemukan dalam kondisi meninggal. Selain itu, ada tujuh wilayah yang terisolasi gara-gara longsor.'
Henry Ismono, Edwin Yusman F.
KOMENTAR