Orang-orang lari berhamburan keluar menyelamatkan diri. "Saat itu saya lihat banyak asap. Ternyata travo di ruang elektrik meledak," kata Teti Zahara (36), salah satu keluarga korban yang tewas dalam insiden itu. "Kakak saya, Heri Anim (42), meninggal saat alat bantuan ventilator untuk bernapas tak sempat diberikan kepadanya," tutur Teti.
Kepanikan juga terjadi di ruang Instalasi Gawat Garurat (IGD), Unit Perawatan Jantung dan Pembuluh Darah Intensive (ICCU), serta ruang perawatan anak, yang berlokasi tak jauh dari sumber ledakan. Sejumlah pasien yang berada di ruangan itu terpaksa dievakuasi ke halaman dan pelataran parkir.
"Akibat listrik padam, akhirnya jenazah kakak saya digotong melalui tangga darurat karena lift tidak berfungsi." Listrik baru menyala pada pukul 13.30 WIB, setelah semuanya sudah terlambat.
Selain Teti, salah seorang keluarga pasien yang meninggal, OM Pangaribuan, bertutur, "Mungkin ini sudah jalannya Bapak 'pergi'. Kami sudah mengikhlaskan. Namun, setelah pemakamannya nanti, pihak keluarga besar akan memutuskan apakah akan menggugat RS dan PLN," ujar putra sulung OM Pangaribuan, Otto (47).
Sang ayah meninggal dunia setelah tidak mendapatkan bantuan pernapasan dari alat yang tersedia di ICU. Ketika bantuan pernafasan manual diberikan, Pangaribuan sudah terlanjur berpulang.
Kejadian meledaknya genset, dibenarkan Direktur RSU Pirngadi, dr. Dewi Fauziah Syahnan Sp THT. Katanya, hal itu terjadi karena korsleting listrik sebagai dampak dari padamnya aliran listrik secara tiba-tiba dari PLN. "Tapi saya membantah kalau keempat pasien meninggal dunia karena efek dari matinya aliran listrik. Pasien itu meninggal karena ajal dan kondisinya sudah kritis. Bahkan sudah koma." Secara resmi, kasus ini sudah ditangani pihak kepolisian.
Debbi
KOMENTAR