Selama dua minggu, putri kedua pasangan Jakuman T. Lubis dan Nur ini dirawat di RSUP H. Adam Malik, Medan, atas rujukan dr. Carles di Aek Kanopan. "Waktu itu saya bawa Nanda ke situ karena dari hari ke hari kondisinya makin mengkhawatirkan. Berat badannya terus menyusut. Kata dr. Carles, Nanda mengalami kelainan jantung atau PDA (patent ductus arteriosusu). Katanya, harus dibawa ke RSUP Adam Malik karena peralatannya lebih lengkap," ungkap guru SMP Negeri I Aek Kanopan ini.
Jadilah Senin (18/1), Nur dan Jakuman membawa bayi mereka ke RS itu. Lima hari Nanda dirawat inap. Sabtu (23/1), sempat dilakukan operasi kecil terhadap Nanda, yaitu operasi katerisasi untuk memasukkan sebuah alat bantu ke jantungnya. "Karena operasi berjalan lancar, Nanda diperbolehkan pulang dan dijadwalkan kembali check-up minggu depannya."
Apa mau dikata, hasil katerisasi menunjukkan klep atau saluran jantung Nanda tidak menyatu dan telah membesar sebesar 6 mm. "Akibatnya, Nanda harus segera dioperasi," tutur Nur yang terpaksa harus bolak-balik Medan-Aek Kanopan. Rabu (3/2), sekitar pukul 08.15 WIB sampai 12.30 WIB, Nanda dioperasi.
"Anehnya, beberapa saat sebelum operasi, sempat terjadi kehebohan. Saat operasi yang ditangani dr. MS, kami diminta mencari satu kantung darah lagi di tempat lain karena stok darah di RS Adam Malik yang sesuai dengan golongan darah Nanda, tak ada."
Ketika operasi selesai, saat itu pula tragedi datang menghampiri keluarga Nur. Sekitar pukul 13.00 WIB, dokter yang mengoperasi Nanda datang menemui Nur dan suaminya. "Dokter bilang, operasi gagal karena sewaktu proses operasi, urat arteri Nanda 'tersenggol' yang kemudian menyebabkan perdarahan. Bagian yang terbelah akhirnya berhasil ditutup. Tapi karena terjadi perdarahan, dokter memutuskan tak melanjutkan operasi. Mereka juga membantah melakukan kesalahan dan kecerobohan. Mereka tidak mau disebut melakukan kelalaian," tutur Nur. Berulangkali, tambah Nur, pihak RS berujar, "Yang namanya manusia, pasti pernah berbuat kekhilafan."
Tetap Bayar Biaya RS
Khawatir akan kondisi bayinya, Nur dan beberapa kerabatnya bertanya ke dokter dan RS. "Tapi reaksi mereka malah bikin kami kecewa. Saya dan suami dioper ke sana-sini." Bahkan, oleh petugas Humas RS, katanya, ia diabaikan.
Esoknya (Jumat, 5/2), Nur dipanggil ke ruangan direktur rumah sakit. Di sana, sejumlah orang sudah menunggu. "Tanpa gentar, kerabat saya, Putra, bilang, kami minta pertanggungjawaban RS secara tertulis. Ibaratnya, RS harus membuat surat pernyataan tentang bagaimana kondisi Nanda yang sebenarnya. Mereka enggak mau. Katanya, hanya mau merawat Nanda hingga sembuh."
Meski Nur sudah minta berulang kali, "Jawaban mereka tetap sama, tidak akan pernah mengeluarkan surat pernyataan itu," kata Nur. Sejak itu, lanjut Nur, pihak RS lebih memperhatikan Nanda. "Tapi biaya perawatan tetap kami yang keluar uang."
Debbi Safinaz
KOMENTAR