Sukses Waralaba
Jenis makanan Italia sudah tak asing lagi di lidah orang Indonesia. Salah satunya adalah pizza. Namun, meski berasal dari daratan Eropa, tak semua pizza dibanderol dengan harga mahal. Di beberapa lokasi, pizza sudah mulai merambah kelas yang lebih rendah, dengan kualitas yang tak kalah nikmat dengan yang mahal. Mamamia.
Di tangan Mohamad Fatoni (46) pizza tak harus identik dengan harga mahal dan restoran mewah. Dengan kreativitasnya, pizza pun bisa jual di gerobak dengan harga murah namun tetap mempunyai cita rasa istimewa. Lelaki yang biasa disapa Toni menceritakan, ia merintis usaha pizza murah meriah tersebut sudah sejak tahun 2004. Ceritanya, selepas tamat dari Fisip Universitas Jember, ia kemudian bekerja di sebuah perusahaan es krim ternama di Surabaya. Namun pekerjaan itu cuma bertahan setahun. Selanjutnya ia pindah ke rumah makan cepat saji. Di rumah makan cepat saji waralaba dari Amerika itu, ia menduduki berbagai jabatan dan yang terakhir sebagai instruktur training. Kebetulan, di restoran tempatnya bekerja tersebut, juga menyajikan menu pizza. "Itulah awalnya saya tahu bagaimana teknik membuat pizza, mulai bahan sampai bumbu-bumbunya," papar Toni.
Setelah 12 tahun bekerja sebagai karyawan, ia keluar dan mencoba berwiraswasta sendiri. Karena Toni cukup paham dengan dunia makanan cepat saji, maka setelah keluar dari pekerjaan lamanya, ia mencoba mengembangkan kemampuan bisnisnya. Toni pun memilih pizza karena ia ingin agar makanan Eropa bisa dinikmati oleh semua golongan msyarakat. Selama ini ada pendapat umum yang menyangka bahwa makanan yang berasal dari Italia itu selain mewah juga mahal harganya, sehingga hanya kalangan menangah ke atas saja yang bisa menikmati. "Karena itulah saya terpacu membuat membuat pizza dengan harga murah, namun tetap mewah, supaya kalangan menengah ke bawah juga bisa menikmati," imbuh Toni yang menjelaskan bahwa di Indonesia sedikitnya ada dua perusahaan pizza besar, namun keduanya adalah produk luar negeri yang harganya cukup mahal untuk ukuran masyarakat awam.
Toni pun memulai rencana bisnisnya. Ia membuat adonan di rumah, kemudian ia membuat gerobak dengan dibantu seorang karyawan yang ditempatkan di halaman sebuah mini market di kawasan tempat tinggalnya di perumahan Wisma Tropodo Surabaya. Mengingat sasarannya adalah masyarakat menengah ke bawah, maka harganya dibuat murah atau setengah dari harga pizza yang ada di mal-mal. Untuk nama, diberinya nama Doremi Pizza.
Awalnya, bisnis Toni tidak berjalan mulus. "Mungkin orang belum terbiasa melihat penjual pizza di gerobak dorong, sehingga pembelinya tidak begitu tertarik. Karena tidak seberapa sukses, di tahun pertama saya hanya balik modal. Kami tidak rugi, tapi juga tidak untung," cerita Toni.
Ia tidak patah arang. Toni justru makin terpacu, untuk terus bereksperimen, bahkan ia malah membuka gerobak kedua di kawasan Manukan. Tandes. "Ternyata di tempat kedua ini, responnya luar biasa bagus. Saat itu sehari bisa mencapai Rp 1 juta. Untuk ukuran jenis makanan yang dijual di gerobak, penghasilan sebesar itu sudah lumayan sekali." Sukses di cabang kedua tersebut, ia kemudian semakin bersemangat dengan membuka lagi di beberapa cabang lain. Bahkan, bukan hanya gerobak saja tapi sudah membuat beberapa mini resto di beberapa tempat. Jenis produk yang dijual pun sudah mulai bervariasi. Selain pizza dengan berbagai rasa, Toni pun merambah usaha dengan membuat burger. Konsentrasi usahanya pun mulai melebar, yang semula hanya berkutat di Surabaya, sekarang sudah merambah ke beberapa kabupaten di Jawa Timur.
Setelah berkembang pesat, usahanya pun dilirik orang usaha waralaba. Sampai saat ini, sudah ada 20 gerobak dan 10 mini resto yang tersebar di beberapa kota, di antaranya di Jakarta, Bali, Mojokerto, Krian, dan Lumajang. "Sebenarnya yang punya saya cuma empat gerobak dan tiga mini resto, sedang lainnya milik investor yang membeli waralaba dari saya," papar Toni. Pizza Doremi sendiri dijual dengan harga Rp 11 ribu untuk ukuran sedang. Ukuran paling besar berisi 8 potong dijual dengan harga Rp 33 ribu.
Untuk memenuhi selera masyarakat, ia juga terus berinovasi. Jenis pizza yang tersedia antara lain adalah chicken mushroom, chicken favourite, fiesta, meat lover, supreme, dan masih banyak lagi. Itu belum termasuk beberapa jenis burger serta fried chicken. "Tapi andalan kami adalah pizza, lainnya itu sebagai pelengkap," imbuh Toni yang mendesain gerobaknya semenarik mungkin sebagai daya tarik pembeli.
Saat ini ia menjual franchise usahanya ke investor sebesar Rp 25 juta untuk jenis gerobak, sedang Rp 60 juta untuk jenis mini resto. "Kalau jenis gerobak itu sudah lengkap dari kami. Investor hanya menyediakan lokasi dan SDM saja. Tapi, kalau jenis resto investor menyediakan tempat dan SDM saja," jelas Toni.
Gandhi Wasono M.
FOTO: dok. doremi
KOMENTAR