Siswanto, 20, menghabiskan sekitar 15 tahun hidupnya di dalam kandang sapi. Akibat dikurung selama itu, Siswanto mengalami keterbelakangan mental dan tak bisa makan dan minum sendiri.
Putra pertama pasangan Kateno, 42, dan Tini, 39, warga RT 34, RW 12, Dusun Kandangan, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, dikurung di kandang terbuat dari kayu dan bambu berukuran 2 x 2 meter. Bau kandang itu sangat menyengat, karena Siswanto makan, minum, kencing, dan buang hajat di tempat itu juga.
Sebagian dinding kandang, dilubangi Siswanto menggunakan tangannya sendiri. Dia hanya mengenakan kaos yang disukainya. Dia tak mau mengenakan celana.
Kateno, 42, ayah Siswanto mengatakan, awalnya anak pertamanya itu normal seperti adiknya yang sekarang duduk di kelas 3 setingkat SMP. Namun sejak usia 5 tahun, Siswanto menderita panas (step). Dia diobatkan ke mana saja, namun tak kunjung sembuh.
"Ya, awalnya kena step itu, hingga sekarang dia begini. Kalau lapar dan haus dia suka pukul-pukul kayu dan harus segera disuapi," ungkapnya. Kalau tak disuapi, biasanya makanan akan dihambur-hamburkan.
Petugas puskesmas dan Dinas Kesehatan Pemkab Madiun, yang mengunjungi rumahnya, Rabu (3/2) pagi, menawarkan Siswanto dirujuk ke Surabaya atau Malang. Namun Kateno dan istrinya, Ny Tini mengaku masih pikir-pikir.
"Obatnya gratis, tapi wira-wiri-nya tetap biaya sendiri. Sementara kerja saya dan istri tak menentu," kata Kateno. Siswanto sebelumnya pernah dirujuk ke RSU Madiun. Namun hanya dua kali rawat jalan.
Nwan/Surya
KOMENTAR