Rabu (27/1) sekitar pukul 15.30 WIB, Nurul tiba di Bandara Polonia Medan. Isak tangis segera menyambut perempuan yang sudah terbujur kaku itu. Jasadnya langsung diboyong untuk dimakamkan di kampung halamannya, Desa Bogak, sebuah desa di pinggir pantai yang berjarak sekitar 150 Km dari Kota Medan.
Adik Nurul, M. Nasir, mengawal jenazah dari Malaysia. Ia juga TKI di sana namun berstatus ilegal. "Itu sebabnya saya tak bisa leluasa mencari Nurul ketika keluarga di Medan mengirim SMS agar saya segera ke KBRI. Katanya, Nurul ada masalah. Saya takut tertangkap pihak berwajib. Andai saya bisa dapat informasi keberadaannya lebih cepat, mungkin hal seperti ini tidak terjadi," kata Nasir sedih.
Jumat (22/1) silam, Nasir ke kantor KBRI di Kuala Lumpur. Ia pun langsung lemas ketika seorang petugas menyatakan, sang kakak yang sudah setahun ini dicarinya dinyatakan telah meninggal dunia Kamis (21/1) malam di Kuala Lumpur. Nasir pun diminta ikut ke rumah sakit untuk mengenali jenazah Nurul. "Saya langsung mengenali jenazah kakak saya. Meski wajahnya sudah berubah akibat luka-luka, saya ingat alis dan matanya. Di wajahnya terdapat beberapa luka, yang paling parah di bagian bibir. Bagian bibir kanannya rusak, giginya pun hancur. Tangan kirinya patah," ungkap Nasir dengan bibir bergetar menahan tangis.
Edwin Yusman F
KOMENTAR