Uang tabungan di bank hilang lenyap dalam sekejap? Tentu saja peristiwa ini membuat nasabah yang jadi korban kalang kabut dan lumayan menimbulkan kepanikan pada nasabah lainnya. Yang jelas, pihak kepolisian belum bisa menyimpulkan, bagaimana cara kerja si pembobol hingga bisa meraup uang milyaran rupiah.
Hingga saat ini, kejahatan ini diduga kuat dilakukan oleh para ahli IT. Keterlibatan penjahat jaringan internasional, juga dikemukakan sejumlah pihak. "Sampai saat ini, dugaan kuat cara kerja mereka adalah dengan memasang skimmer sebagai pendeteksi nomor register kartu yang diselipkan di "mulut" ATM serta menggunakan spy camera (kamera tersembunyi) untuk melihat gerakan jari korban ketika memencet tombol PIN.
Dari hasil pelacakan pihak berwajib sementara ini, setelah berhasil mengetahui nomor kartu serta PIN korban, pelaku kemudian membobol dengan cara mentransfer uang ke beberapa nama rekening lain, baru di rekening tujuan itu uang dicairkan.
Gagal Transfer
Grace yang kini lebih banyak tinggal di Bali untuk mengelola yayasan panti asuhan anak yatim dan kurang mampu tersebut bercerita, selama ini dia memiliki dua kartu ATM. Satu kartu untuk tabungan dan lainnya untuk giro. "Keduanya saya gunakan untuk lalu-lintas keuangan panti asuhan. Termasuk menerima kiriman dari donatur," ujar ibu dua anak ini.
Pertengahan Januari, lanjutnya, saat berada di Surabaya, ia sempat melihat saldo di ATM gironya masih tersisa sekitar Rp 23 juta. Tanggal 18 Januari pagi, Grace pergi ke ATM untuk mentransfer sejumlah dana untuk biaya anak-anak panti asuhan yang harus membayar uang ujian di sekolah mereka. "Anehnya, transfer gagal terus. Saya jadi kaget karena ternyata setelah saya cek, saldonya memang tinggal Rp 8 juta." Sampai di situ, Grace masih belum paham apa yang terjadi. "Saya sempat berpikir, jangan-jangan saya sendiri yang lupa sudah memakainya."
Sore hari, ketika petugas dari BCA Jakarta meneleponnya, barulah Grace sadar apa yang terjadi. "Petugas itu minta saya segera mengganti nomor PIN ATM. Yang bikin saya curiga, petugas itu bicara dengan nada memerintah dan terkesan panik. Ya, saya bingung, kok, tiba-tiba disuruh ganti PIN dan caranya agak kasar," ujar Grace yang langsung bergegas ke ATM di kawasan Klungkung untuk mengganti PIN.
Lemas & Gemetar
Baru esoknya Grace paham. Ketika berusaha menghubungi bank, oleh petugas customer service (CS), ia dapat info, uangnya berkurang karena pada tanggal 16 Januari ada transaksi transfer ke rekening seseorang bernama Ade Ayu sebesar Rp 5 juta dan Made Rusmini sebesar Rp 10 juta. Transaksi itu dilakukan di Toko Ron-Ron, Denpasar. "Saya kaget minta ampun. Mana mungkin saya transaksi di Denpasar, kan tanggal itu saya berada di Surabaya?" ujarnya.
Merasa ada yang tidak beres, seketika itu juga ia langsung mengadu ke BCA Klungkung. Ternyata benar, menurut Kepala BCA Klungkung, Siswanto, kemungkinan besar dia menjadi salah satu korban kejahatan seperti halnya pada korba-korban lainnya. "Begitu diberitahu kalau saya jadi korban, badan saya lemas dan langsung gemetar. Yang ada dalam benak saya, bagaimana nasib 150 anak asuh saya? Sebab, uang itu, kan, untuk biaya hidup mereka yang berasal dari sumbangan para dermawan," papar wanita berusia 57 tahun itu.
Atas saran Siswanto, ia segera diminta membuat pengaduan ke polisi. "Ternyata, menurut petugas polisi, saya adalah orang kesekian yang melapor. Sebelum saya, ada korban dari bank Permata yang kebobolan sebesar Rp 147 juta," cerita Grace sambil memuji sikap profesional pihak bank karena selang dua hari kemudian, uang yang dibobol penjahat tersebut dikembalikan utuh ke rekeningnya. "Saya bersyukur bisa mendapatkan uang saya kembali. Ini pelajaran berharga buat saya dan kini saya harus lebih berhati-hati lagi."
Gandhi Wasono M/ bersambung
KOMENTAR