Karena tidak mampu merawat kelima anaknya, Murni lalu minta keempat anaknya, termasuk si bungsu yang masih berusia dua tahun, tinggal bersama orangtuanya di kampung yang lebih dalam lagi masuk hutan, sedang ia hanya tinggal berdua Sinar. "Tujuan saya, kalau yang nomor dua dan tiga bisa membantu neneknya jadi buruh di kebun kakao, kan, uangnya bisa untuk tambahan uang jajan atau beli beras," jelas Murni.
Tuhan sunguh adil. Di tengah ketidakberdayaan, Sinar (7), anak keempatnya, hadir sebagai penyelamat. Semua pekerjaan rumah mulai memasak, bersih-bersih, mengambil air di sungai, mencuci pakaian, menggantikan pakaian, dan lainnya, dilakukan gadis kecil ini. Hebatnya, meski disibukkan semua tugas-tugas itu, Sinar tidak melupakan sekolah di pagi hari, mengaji,dan bermain dengan teman sebayanya.
Murni tak bisa menggambarkan dengan kata-kata perihal anaknya. "Pada dia juga saya suka mengadu dan dia pasti menghibur saya sambil memeluk dan menciumi pipi saya berulang-ulang," ucap Murni dengan mata berkaca-kaca.
Yang membuat Murni kagum, meski semua itu terlalu berat dibebankan pada anak seusia Sinar, "Dia tak pernah mengeluh. Tetap saja telaten mengurus saya dan rumah ini. Karena banyaknya pekerjaan itulah terkadang dia terlambat datang ke sekolah," kata Murni menceritakan keseharian permata hatinya tersebut. Bahkan jika tahu ibunya agak tidak enak badan, tanpa disuruh, sepulang bermain atau ketika menjelang malam, Sinar memijit-mijit kedua kaki Murni yang makin mengecil sambil berceloteh apa saja. "Pokoknya dia seolah tidak ingin melihat saya bersedih. Dia berusaha selalu menyenangkan hati saya dengan caranya sendiri," puji Murni.
Namun setegar-tegarnya Sinar, di saat-saat tertentu dia juga dihinggapi perasaan sedih. Ketika jiwa kecilnya tak kuat menahan beban, Sinar pun memangis. "Biasanya dia menangis di pelukan saya. Tapi cuma sebentar lalu ceria lagi." Murni pun sangat bahagia ketika Charlie, vokalis ST 12, datang ke rumahnya, Senin (28/12) dini hari. "Rasanya seperti mimpi." Charlie langsung memeluk Sinar dan tidur bersama. Sinar juga seolah tak mau pisah. ia terus mengelayut di tubuh Charlie. "Sinar katanya dibuatkan lagu," ungkap Murni yang tak mengenal Charlie mengingat di rumahnya tidak ada teve. Hanya radio kecil yang sudah butut sebagai pengusir sunyi. Bagaimana perasaan Sinar? Gadis manis ini lebih banyak tersenyum ketimbang bicara. "Kalau besar saya ingin jadi Bu Guru," katanya sambil tersenyum polos.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR