Berbuat kebajikan bisa dimulai dari hal kecil. Begitulah pesan yang ingin disampaikan dua sahabat, Nia K Sadjarwo (29) dan Hanny Kusumawati (26). Mereka berdua membentuk sebuah aksi sosial yang disebut Coin a Chance (CaC). "Dari sebuah uang koin, kita bisa melakukan sebuah perubahan. Nah, kami mengumpulkan uang receh untuk membantu anak yang terancam putus sekolah," ujar Nia dan Hanny.
Hingga September, uang receh yang dikumpulkan sudah mencapai Rp 15 juta lebih. Mereka juga sudah memiliki tabungan pendidikan senilai Rp 5 juta untuk seorang anak asuhnya. "Yang kami lakukan memang masih kecil, tapi semoga saja CaC makin besar," harap Nia.
CaC, kisah Nia, tercetus setahun silam. Kala itu, Nia dan Hanny yang sama-sama bekerja di sebuah perusahaan konsultan PR, mengaku punya hobi sama. "Kami suka ngumpulin uang receh. Tiap ada kembalian uang receh, saya taruh ke celengan. Waktu itu, belum tahu mau diapakan. Mau dibelanjakan lagi, rasanya juga susah. Masak mau belanja bawa uang satu toples? Nah, saat ngobrol dengan Hanny, terpikir ingin melakukan sesuatu untuk bidang pendidikan. Terutama membantu anak yang akan putus sekolah.
Sebagai pencetus ide, Nia dan Hanny sekaligus jadi pengurus CaC. "Rupanya banyak juga yang tergerak untuk ngumpulin koin. Dari situ, tentu perlu waktu bertemu untuk mengumpulkan koin-koin itu. Hari pengumpulan koin kami beri nama CCD, singkatan dari Coin Collecting Day," kisah Nia.
CCD pertama berlangsung Desember silam, dihadiri lebih dari 20 orang, di sebuah mal di kawasan Jakarta. "Wah, acaranya seru sekali. Kami saling berkenalan dengan coiner lainnya. Paling seru ketika tiba saat menghitung uang logam itu. Tangan kami sampai hitam karena debu yang nempel di koin," kisah Hanny sambil tergelak.
Selanjutnya, CCD berlangsung tiap bulan. Tempatnya berganti-ganti sesuai kesepakatan. "Biasanya memang di mal untuk memudahkan para coiner. Uniknya, jumlah uang yang terkumpul tiap CCD enggak pernah genap," kata Nia. Pernah dana terkumpul Rp 1.893. 700, Rp. 913.775 juga Rp. 1.796.550. "
(Bersambung)
Henry Ismono
Foto: Henry Ismono
KOMENTAR