Mimpi Jadi Nyata
Sesuai ambisiku menghadirkan K24 di seluruh Indonesia, akhirnya bisa kulakoni dengan sistem waralaba. Untuk mempelajari seluk-beluk waralaba, aku sengaja ikut pelatihan. Tahun 2004, K24 hadir di Semarang lalu menyusul daerah-daerah lainnya.
Berkat konsistensi kami, MURI memberi penghargaan K24 sebagai apotek jaringan pertama di Indonesia yang buka 24 jam nonstop setiap hari. Kelak kemudian hari, hanya di Bali saat Hari Raya Nyepi, K24 libur, sedangkan lainnya tetap buka.
Yang dibutuhkan memang konsistensi. Itu sebabnya, kalau ada yang mengajukan waralaba tapi tempatnya tidak memungkinkan untuk buka 24 jam, tentu tidak kami terima. Misalnya saja, lokasi tempat di mal. Tentu tidak bisa karena mal tidak buka 24 jam.
Begitulah, mimpiku dari Jogja ke Indonesia mulai jadi kenyataan. Dalam waktu dekat, misalnya, K24 akan buka di Jayapura dan Merauke. Total ada 2.100 karyawan yang hidup dari K24. Kalau dihitung pergerakan ekonominya, jumlahnya bisa dua kali lipat. Misalnya saja, tukang parkir yang bisa dapat jutaan rupiah per bulan. Aku bersyukur bisa merangkul begitu banyak orang. Sesuatu yang mungkin tak pernah bisa kudapat jika menjadi dokter spesialis mata, seperti yang pernah kuangankan.
Kalau ada yang bertanya, kenapa prospek usaha apotek masih bagus, jawabnya adalah apotek merupakan jenis usaha yang tak pernah kenal krisis. Situasi seperti apa pun, obat tetap akan dicari. Obat, kan, sudah merupakan kebutuhan kedua setelah pangan. Masyarakat dari kalangan sederhana pun rela menggadaikan barangnya demi membeli obat.
Lantas bagaimana karierku sebagai dokter? Awal buka K24, aku masih PNS dan pernah menjabat kepala Puskesmas. Untuk mengelola K24, aku cuti di luar tanggungan negara selama 3 tahun. Setelah kujalani, rasanya aku lebih berarti buat masyarakat bila konsentrasi di K24. Akhirnya, tahun 2007 kulepaskan status pagawai negeri.
(Bersambung)
Henry Ismono
KOMENTAR