Baru hari ini (Kamis, 19 November) aku bisa menangis saat salat di sel tahanan Polres Jakarta Barat. Kala itu, terbayang lagi semua kejadian yang telah kulalui. Semestinya, 27 November nanti, aku merayakan HUT ke-19. Kalau tidak ada kejadian ini, mungkin aku bisa merayakannya bersama orang tersayang. Nyatanya, aku malah ada di sel bersama tahanan lain.
Sekarang aku juga bukan penata rias lagi, melainkan pembunuh seorang model di apartemen daerah Jakarta Barat. Siapa yang menduga aku bisa mengalami peristiwa ini?
Dimaki Tiap Hari
Kalau mengingat masa kecil, aku kembali menangis. Betapa tidak. Aku anak ke-4 dari 5 bersaudara, hidup dalam suasana rumah tangga yang kurang harmonis. Orangtuaku selalu bertengkar di depan kami, anak-anaknya. Aku juga kerap mendapat umpatan kasar dari Mama. Kata-kata, "Tolol!" "Goblok" , dan kalimat kasar lainnya, sudah jadi makanan sehari-hari. Kehidupan yang awalnya sejahtera, lama-lama berubah jadi petaka. Ketika akhirnya orangtuaku berpisah, aku memilih tinggal dengan Papa.
Mungkin itu yang membuatku jadi pendiam. Temanku tidak banyak. Paling hanya beberapa yang bisa jadi sahabatku. Yang pasti, sejak kecil aku suka dunia hiburan seperti ikut lomba nyanyi. Kalau menang, uangnya buat beli perlengkapan make-up. Aku memang tertarik mendandani orang, senang melihat mereka jadi cantik. Aku enggak pernah belajar khusus, otodidak saja. Kadang aku mencobanya di rumah dengan adik dan kakak yang menjadi model.
Sikap Mama yang kasar, sedikit banyak mungkin membuat hidupku agak berbeda dari anak lain. Aku paling benci melihat wanita marah atau yang menolak permintaanku. Itu selalu mengingatkanku pada sikap Mama.
Anggota Gay
Lepas SMP aku memilih masuk SMKK Pariwisata di Banjarmasin. Saat itu aku sudah bisa mencari uang sendiri karena bergabung dengan agen model. Aku pun memilih tinggal sendiri karena sudah ada pekerjaan. Rasanya kami sudah hidup sendiri-sendiri.
Aku pun jadi terbawa hirup-pikuk kehidupan dunia hiburan. Gayaku berubah jadi gemulai, tak seperti pria pada umumnya. Waktu itu di Banjarmasin dunia hiburan sedang marak, mau tidak mau aku ikut terseret. Orangtua sudah tahu perubahan itu, tapi bisa mengerti bahwa kondisi setiap orang tidak sama.
KOMENTAR