Gara-gara sejumlah pembangkit listrik rusak dan gardu induk terbakar beberapa waktu lalu, warga mendapat giliran pemadaman. Kontan, para pemain di sektor industri dibuat gigit jari. Begitu juga para ibu.
Memang, proses produksi tak berhenti total. Dewi, misalnya, masih bisa mengorder karyawan mengerjakan hal yang tak membutuhkan listrik, seperti bikin pola dan memotong bahan.
"Tapi tetap harus rela rugi karena target produksi enggak tercapai. Pesanan pun jadi telat sehari. Otomatis, uang yang masuk juga telat," sesal perempuan pemilik industri konveksi di Kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK), Cakung, Jakarta Timur. "Biasanya satu karyawan sanggup produksi 150 tas tapi gara-gara listrik sering mati, cuma sanggup bikin separuhnya."
Toh, Dewi tak berani meliburkan karyawan. "Siapa tahu pas mereka libur, listrik malah nyala." Serba susah, kan?
Hal sama dikeluhkan Siti Aliya (30) alias Icha. Pemilik Outlet 16 yang juga berlokasi di PIK ini berujar, "Semangat kerja karyawan jadi terganggu. Kalau listrik mati, mereka bubar dan kadang enggak kembali ke kantor."
Kalau pemadaman terus terjadi, Icha khawatir pegawainya tak mau lagi meneruskan bekerja. "Padahal, cari pegawai produksi enggak gampang. Biasanya saya dapat dari Jawa Tengah. Nah, kalau mereka bisa dapat kerja di kampung halamannya, pasti pilih balik ke kampung daripada kerja di Jakarta yang biaya hidupnya mahal, ditambah upah telat karena masalah listrik," tutur Icha yang mengaku omzet mingguannya mendadak turun 20 persen dari yang biasanya Rp 50 juta.
Icha sempat curhat, gejala listrik byar-pet ini ia rasakan usai lebaran lalu. "Saya sudah sering protes ke PLN, tapi tak kunjung mendapat jawaban memuaskan. Awalnya memang ada pemberitahuan pemadaman, tapi sekarang enggak pernah ada lagi." Ia pun tambah meradang lantaran listrik yang tak stabil membuat peralatan eletronik, termasuk alat produksi, jadi ngadat. Mulai dari mesin jahit, komputer, hingga AC. "Kemarin saya baru mengganti dinamo AC." Tagihan listrik, katanya, juga masih sama dengan bulan-bulan di mana belum ada pemadaman.
(Bersambung)
Sita Dewi
Foto-foto: Sita Dewi/NOVA
KOMENTAR