Anda terlihat kurus?
Iya, nih. Saya enggak tahu turun berapa kilo karena belum nimbang. Mungkin sekarang beratnya sekitar 40-41 Kg, sebelumnya, sih, 45 Kg. Ya, mau bagaimana lagi? Saya, kan, ngurus rumah sendirian, enggak ada pembantu. Belum lagi harus bolak-balik nengokin Bapak (Antasari) di Polda, ngurusin anak-anak dan keluarga yang sakit, serta menjalankan kegiatan sosial saya. Itu mungkin yang bikin saya kurang istirahat. Hari ini saja harusnya saya ke Padang untuk memberangkatkan adik saya naik haji.
Justru Bapak yang sekarang lebih gemuk. Sekarang, kan, aktivitasnya cuma baca buku, rapat dengan pengacaranya, terima tamu, main dan ngobrol dengan temannya di tahanan. Senang juga, sih, ngeliatnya.
Masih aktif di kegiatan sosial? Apa itu juga menjadi cara untuk menghilangkan kepenatan dari persoalan ini?
Ya, bisa dibilang begitu. Anak-anak kami juga tetap fokus dengan pekerjaan dan kuliahnya. Waktu gempa di Pariaman saja, si sulung ke sana, diperbantukan sebagai dokter umum.
Setiap kali persidangan, banyak sekali kerabat yang datang.
Iya. Beberapa dari mereka (Lena, Awe, Susi, Ani) pulang-pergi langsung dari Palembang, lo, tiap Selasa dan Kamis. Pagi tiba di Jakarta, langsung ke pengadilan, terus sorenya balik lagi ke Palembang. Begitu terus setiap minggu. Mereka memang sangat dekat dengan Bapak.
Setiap kali datang ke persidangan, Bapak selalu mengenakan batik. Apa memang direncanakan?
Bapak memang senang sekali dengan batik. Mau ke mana pun, pakainya batik. Yang dia pakai itu memang beberapa dari koleksi batik lamanya. Di rumah saja, baju tidurnya dari batik. Adem, katanya. Cuma, kalau di Polda, saya larang dia tidur pakai batik. Takutnya orang menyangka yang dipakainya itu daster. Ha ha ha...
Bagaimana perasaan Bapak setelah mendengar pengakuan Wiliardi Wizard (WW) yang mengatakan kasus ini benar rekayasa dari salah satu oknum untuk melengserkannya?
Dia benar-benar tidak menyangka. Waktu itu, sih, dia sedih sekali. Katanya, "Salah saya apa? Kok, sampai sebegitunya mereka memperlakukan saya." Bagi dia, mustahil rasanya seorang saksi dari jaksa penuntut umum memberikan pengakuan seperti itu. Tadinya dia sudah pasrah saja menjalani kasus ini.
Tujuh bulan ini, kan, dia menahan diri dengan berusaha keras tidak membela dirinya di media. Dia bilang, "Apa pun yang terjadi pada saya, saya ikhlas." Kami pun (Ida dan anak-anak) jadi ikhlas juga akhirnya.
Bapak menangis saat mendengar pernyataan WW. Apa pernah menangis juga sebelumnya?
Waduh, dia itu orang yang enggak pernah menangis. Seingat saya, dia hanya pernah menangis dua kali. Pertama, saat ayahnya meninggal. Dia memang sangat dekat dengan ayahnya. Kedua, saat ayah saya meninggal.
(Bersambung)
Ester Sondang
KOMENTAR