Pekerjaanku sebagai Manajer Bioskop WTC 21 Serpong, Tangerang, menuntut kerja hingga malam. Mungkin karena itulah aku tidak bisa memantau apa yang dilakukan istri di rumah. Toh, ada saja yang "melaporkan" kejanggalan di rumah.
Sejak beberapa bulan belakangan ini, kata para tetangga, istriku, Sriyatun, berselingkuh dengan sopir angkot A 15. Rute angkutan kota itu memang melewati depan rumah kami, Perumahan Regency I, Tangerang. Aku menduga, sudah sejak 6 bulan lalu istriku berselingkuh dengan pria itu.
Sayang sekali, aku belum pernah memergokinya sendiri apalagi bertemu muka dengan si supir itu. Namanya juga selingkuh, pastinya dia tidak berani bertemu denganku. Aku tak tahu, apa penyebab istriku selingkuh. Soal uang belanja, kuberikan cukup. Anak tunggal kami, Febriani Irawan (15), juga tahu ibunya selingkuh tapi dia tidak bisa berbuat banyak.
Tangis Terakhir
Sebagai suami, aku berkewajiban mengingatkan agar perselingkuhan itu dihentikan. Kunasihati istriku. Tapi pria itu terus mengejarnya. Aku melihat gelagat istriku punya niat baik hendak menjauhi sopir itu. Tetapi yang kemudian terjadi, si pria meneror istriku lewat telepon genggam. Beberapa kali dia mengancam, jika istriku memutuskan hubungan dengannya, ia akan berbuat nekad. Yang lebih nekat, nomor-nomor teman polisi yang kumasukkan ke handphone istriku, diubah pria itu.
Terakhir, Rabu (28/10), dengan menangis, Febri berujar ke ibunya sambil berirai air mata, "Mama, ini tangis Febri terakhir. Kalau Mama mau berubah, ya berubah. Kalau tidak mau, Febri tidak akan pernah memaafkan Mama sampai kapan pun." Nah, permintaan itulah yang membuat istriku bersedia menjauhi pacar gelapnya.
(Bersambung)
Rini Sulistyati
KOMENTAR