Tak jauh beda adalah cerita Ely Suhari. Awalnya, Ely justru menjadi salah satu penonton bayaran. Karena penampilannya yang unik, Ely kemudian ditawari menjadi pemain figuran di program Ngelenong Yuuk di Trans TV. Belakangan, ibu dua anak ini malah tergoda menjajaki profesi baru sebagai penyedia jasa penonton bayaran.
"Mulainya tahun 2006. Awalnya ngeladenin permintaan anak-anak kampus. Satu orang mau nonton, besoknya bawa teman 5 orang. Yang 5 orang itu bawa teman lagi. Begitu seterusnya sampai akhirnya aku punya korlap juga. Mereka yang bawa 50 orang, terus nambah lagi jadi 100, sampai paling banyak 500 orang," ujar Ely.
Ely sendiri tidak memberlakukan status permanen pada penontonnya. Semua dikontrak lepas per program. Hanya korlap lah yang dipekerjakan secara tetap oleh Ely. Penonton yang dikoordinir pun tidak dikategorikan sesuai wilayah, tapi dibagi per korlap. "Misalnya butuhnya 200 orang, aku bagi per korlap. Bukan per wilayah. Pokoknya dimana saja. Kalau memang syuting di Bogor terus yang datang dari Bekasi, bisa saja. Karena kami menyediakan bis sewaan," tukas Ely.
Untuk penontonnya, Ely memberlakukan beberapa kelas yang berbeda. Biasanya dibedakan sesuai penampilan. Dari yang berpenampilan menarik secara fisik, hingga yang biasa-biasa saja. Tak sedikit pula penonton langganan Ely yang melebarkan kariernya di dunia hiburan. Ada yang ditawarkan untuk menjadi figuran, model video klip hingga Sales Promotion Girl (SPG).
Meski dibanjiri job, Ely membatasi hanya menyuplai maksimal dua program setiap harinya. "Tapi, karena sistem kontrak lepas, satu orang penonton tidak hanya kerja untuk saya saja. Jadi kadang mereka bisa tampil di program yang berbeda setiap harinya. Satu orang bisa jadi penonton di 4 acara per hari. Secara pendapatan ya, lumayan sekali."
Dilihat dari honor, penonton Ely cukup terfasilitasi dengan baik. Untuk potongannya, Ely hanya mengambil 20-25%. Pendapatan masing-masing tergantung programnya, karena setiap stasiun teve memberikan honor berbeda. Biasanya, cerita Ely, satu penonton bisa meraup Rp 15 ribu sampai Rp 40 ribu per program. Tak hanya penontonnya, Ely pun meraup untung cukup besar. Konon, perempuan berpenampilan unik ini sudah bisa membeli perhiasan dan mobil dari hasil kerjanya itu.
Semua tentu tak lepas dari kedisiplinan Ely. Ia dikenal cukup ketat mengawasi penontonnya. Jika ada yang berulah di lokasi, Ely tak segan menegur. Perempuan ini bahkan selalu menjalin hubungan baik dengan para penjaga keamanan di lokasi, demi bisa mengawasi pekerjanya.
Dalam sehari, kini Ely mampu menyediakan 150-500 penonton, mulai dari anak kecil, hingga ibu-ibu, tergantung permintaan. Uniknya, meski tidak terikat kotrak tertulis, Ely tetap berusaha menyediakan fasilitas kesehatan bagi pekerjanya. "Kalau mereka pingsan atau sakit, aku bawa ke RS, selama masih dalam tanggung jawab aku, aku biayain semua. Selama ini udah 3 orang yang kayak begitu. Tapi saya sekarang lebih selektif milih penonton yang sehat," kata Ely.
Lantas, apa sebenarnya yang membedakan penonton bayaran dengan penonton biasa? "Kalau fans atau umum kan, enggak ramai. Bisa saja dia memang mau nonton band atau penyanyi tertentu. Jadi waktu band kesukaannya tampil, dia ramai, tapi di luar itu, dia ogah. Terus, penonton umum kan, enggak bisa dipegang. Suka kabur kalau acara belum selesai. Padahal kadang taping bisa sampai dini hari."
Yetta Angelina
KOMENTAR