"Kalau sekarang warga dua desa itu, sudah berhasil di tenangkan," kata Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Hartono, Rabu (7/10).
Menanggapi kejadian itu, lanjutnya, pemkab telah menghubungi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, menanyakan kebenaran kemungkinan terjadinya gempa di Jawa Timur.
"Kami ingin mendapatkan informasi daerah di Jawa Timur yang rawan gempa, sebab selama ini, Bojonegoro bukan masuk daerah rawan gempa," katanya.
Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Bojonegoro Soehadi Moelyono dan Kepala Kantor Satpol PP Bojonegoro, Kamidin, tambah Setyo, turun langsung ke lokasi untuk menenangkan warga.
"Saya kira malam ini, warga sudah tidak tidur di luar rumah lagi," ucapnya.
Sementara itu, menurut Soehadi Moelyono, ketakutan warga di dua desa yang berada di perbukitan kapur di wilayah selatan Bojonegoro itu, berawal dari sekelompok warga setempat yang sedang berlatih pencak silat di lapangan Desa Ngrorogunung.
Salah satu peserta, mendapatkan kabar (isu) di Jatim, akan terjadi gempa dari salah satu temannya melalui telepon selular. Penelepon mengaku, mendapatkan kabar dari teks berjalan di salah satu media TV.
Mendapatkan kabar itu, seketika sekelompok masyarakat yang sedang berlatih pencak silat tersebut langsung membubarkan diri. "Kabar di Jawa Timur terjadi gempa langsung menyebar masyarakat di dua desa itu," kata Soehadi menjelaskan.
Seketika itu, warga di dua desa itu yang jumlahnya sekitar 2.000 kepala keluarga (KK) langsung panik.
Kabar terjadi gempa itupun dilaporkan kepada kepala desa setempat yang langsung menghubungi Camat Bubulan, Kusbiyanto. Karena tidak tahu kabar itu, akhirnya Kusbiyanto menghubungi Soehadi.
Meski sudah diyakinkan, kabar itu belum jelas, warga tetap tidak percaya dan memilih tidak berada di luar rumah hingga malam hari dengan membawa berbagai peralatan tidur.
"Kami yang datang ke lokasi berusaha menenangkan warga, namun warga tetap tidak percaya dan memilih tidur diluar," papar Soehadi.
Karena warga masih tetap tidak percaya, Soehadi dengan rombongan, akhirnya ikut begadang bersama dengan warga di dua desa itu. Ketakutan warga, lanjutnya, mulai mereda, Rabu sekitar pukul 03.30 WIB.
"Setelah pagi hari warga satu persatu baru masuk ke rumahnya masing-masing setelah gempa yang ditunggu-tunggu, tidak kunjung datang," katanya Soehadi sambil tersenyum. ant
KOMENTAR