Bagaimana sekarang hidup sendiri tanpa istri dan hanya bersama anak-anak?
Yang jelas, untuk saya hal ini merupakan suatu cobaan yang berat. Ya, dengan adanya masalah ini yang biasanya kami berempat, sekarang harus menjalaninya bertiga saja. Tentu ada hal yang timpang dan hilang dalam kehidupan kami. Tapi lagi-lagi saya berusaha untuk tegar dan mencoba tidak memberikan dampak yang begitu besar kepada kedua anak saya.
Yang jelas bagi saya, kehadiran anak-anak sangat mendukung. Tidak ada harta lain yang bisa menggantikan mereka dan saya selalu tanamkan ke mereka nilai-nilai syukur yang harus dipahami. Kalau selama ini diberi nikmat Allah dan dicabut satu, pasti rasanya enggak enak. Tapi bagaimanapun kami harus tetap mensyukuri apa yang ada sekarang.
Pernah lelah menghadapi rentetan masalah rumah tangga yang tak kunjung usai?
Jujur, ya, saya sangat lelah sekali karena semua ini sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Saya hanya berharap semua bisa segera berakhir dengan baik-baik saja. Sekarang saya hanya berusaha untuk ikhlas. Saling memaafkan pasti, tapi, kan, terkadang hati kecil masih berat. Jadi, ya, sekarang saya hanya berusaha ikhlas.
Omong-omong, bisa jelaskan soal bukti perselingkuhan terbaru yang dipaparkan di persidangan lalu?
Namanya persidangan, kan, memang semua yang disampaikan harus berdasarkan fakta, dan fakta itu menurut kami harus disertai dengan bukti. Bukti-bukti itu juga yang akan menguatkan atas apa yang disampaikan oleh pihak saya, memang benar adanya dan itu sebenarnya maksud dari pihak kami menyerahkan bukti-bukti ke dalam persidangan.
Dan lagi, bukti-bukti itu bukan untuk menjadi konsumsi publik melainkan hanya untuk kepentingan majelis hakim dalam mengambil keputusan. Jadi kalau semua itu sampai terbuka, saya enggak tahu maksudnya apa, karena saya sendiri enggak pernah mau membukanya ke publik.
Benarkah bukti itu berisi tentang perselingkuhan Venna?
Sejak awal justru pihak media yang selalu menginformasikan seperti itu. Mungkin juga karena memiliki tim investigasi yang cukup baik, tapi yang jelas saya sejak awal kasus ini bergulir tak pernah menyebutkan soal perselingkuhan siapa dengan siapa. Dari beberapa media yang mendapatkan info seperti itu dan konfirmasi ke saya, pasti saya selalu jawab saya enggak tahu dan saya enggak berani komentar seperti itu.
Tapi soal bukti-bukti yang saya serahkan disebut-sebut sebagai salah satu bukti perselingkuhan, jujur saya enggak mau bicara karena di bulan Ramadan seperti ini saya juga enggak mau membicarakan orang lain atau menyudutkan orang. Pokoknya, yang pasti bukti itu menguatkan dalil-dalil yang secara tertulis disampaikan kuasa hukum saya.
Pihak Venna kabarnya langsung berang menanggapi berita seputar dugaan bukti perselingkuhan itu. Benar begitu?
Saya enggak masalah, itu hak setiap orang. Namanya mengeluarkan pendapat, saya yakin setiap orang akan bilang pendapatnya yang paling benar. Subjektif lah dan itu hak mereka sepenuhnya untuk mengatakan apapun. Tapi sekali lagi, saya tegaskan itu tidak ada yang dibuat-buat atau rekayasa.
Kalaupun harus dikonfirmasi, silakan saja konfirmasi untuk membuktikan itu. Menurut saya, ini, kan, pengadilan agama. Masalah hati dan perasaan bukanlah hal yang vital untuk membuktikan siapa yang salah atau siapa yang benar. Toh, buat saya, dengan semakin banyak bukti justru semakin beban buat saya.
Jika ternyata bukti itu tidak benar dan Anda dituntut, siap?
Tidak masalah. Sebab apapun itu, silakan dibuktikan karena memang sama sekali tak ada rekayasa. Nantinya juga akan lebih terbuka, kok, kalau memang harus dibuktikan. Dan coba tunjukkan ke saya omongan saya di media yang mana yang mengatakan kalau dia selingkuh, karena memang saya enggak pernah omong soal itu.
Proses sidang perceraian ini tampaknya masih akan berjalan lama. Bagaimana reaksi anak-anak?
Ini memang bukan sebuah keputusan yang sekonyong-konyong datang, karena semua ini terjadi melalui sebuah proses yang sangat lama. Anak-anak, saya rasa juga sudah mengetahuinya, karena mereka mengikuti, mendengar, dan melihat secara langsung. Sampai akhirnya pada satu titik saya melihat mereka sudah berada pada posisi pasrah dengan keputusan terbaik yang diambil oleh saya dan ibunya.
Tapi saya yakin mereka anak-anak yang sayang kepada kedua orangtuanya dan tidak akan putus silahturahmi dengan orangtuanya. Jika ada hal-hal yang dirasakan kurang nyaman, mungkin itu yang harus diperbaiki. Mereka hanya berharap pasca masalah perceraian ini tidak ada lagi konflik yang berkepanjangan.
(Melihat kasus perceraian kedua orangtuanya, Verrel Bramasta, putra sulung Ivan dan Venna, mengaku cukup mengetahui dengan pasti konflik yang terjadi dalam rumah tangga kedua orangtuanya. Kendati harus menelan kekecewaan melihat perceraian orangtuanya, namun Verrel berusaha tegar menghadapinya.
"Menurut aku, masalah ini memang complicated sekali, dan jujur sampai sekarang rasa kecewa itu masih ada. Semua rasanya campur aduk dan ada masa di mana aku susah banget menerima ini semua. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai beradaptasi dengan situasi ini," ungkap Verrel.
Kasus perceraian kedua orangtuanya juga membuat Verrel sempat mengalami masa-masa di mana ia mulai menjauh dari lingkungan sekitarnya. "Dulu, rasanya aku mau di rumah saja dan sibuk dengan diri sendiri. Tapi, kan, semua berlalu, ya, jadi pelan-pelan kembali bersosialisasi, meski tidak lagi melihat dunia dari kacamata yang sama seperti dulu. Karena kalau dulu, kan, belum tahu, ya, rasanya seperti apa, sampai akhirnya merasakan sendiri ternyata perceraian orangtua itu seperti ini. Memang cukup berdampak besar buat kami, terutama Athalla yang jadi jauh lebih pendiam dan tertutup setelah masalah ini. Susah untuk menguatkan dia, karena memang hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti sifat Athalla. Sampai sekarang pun dia belum bisa mengeluarkan isi hatinya.")
Oh ya, soal hak asuh bagaimana?
Tak ada di dunia ini yang bisa mengasuh anak-anak sebaik ibu dan bapaknya. Tapi karena di awal gugatan Mbak Venna tak ada meminta hak asuh anak, ya, tentunya saya sebagai bapak enggak mungkin melepaskan begitu saja. Masak iya anak-anak saya enggak ada yang mengasuh, karena ibunya enggak minta dan bapaknya juga enggak minta?
Makanya saya minta, karena Mbak Venna enggak minta. Tapi ternyata jadi masalah setelah saya minta hak asuh anak. Jadi saya bingung, salah saya itu di mana, sih? Jika dari awal dia minta hak asuh anak dan baik-baik diam di rumah juga saya tak masalah. Wong saya laki-laki. Ibarat kata, ke luar rumah dengan koper saja saya bisa. Tapi ini menyangkut anak-anak, maka saya harus perjuangkan mereka, karena masa depan mereka masih panjang.
(Menanggapi soal pilihannya tinggal bersama sang ayah dan adiknya, Athalla Naufal, Verrel punya alasan tersendiri. "Yang jelas, sebagai seorang anak susah untuk memilih orangtuanya apalagi untuk tinggal sama Papa atau Mama. Bagaimana pun keduanya orang yang kami sayangi. Dan untuk aku pribadi, saat memutuskan tinggal sama Papa, tentu dengan pertimbangan yang panjang dan sudah lama. Ada alasan tertentu yang memang membuat aku akhirnya memilih bersama Papa.")
Mengenai bukti persidangan yang baru saja diserahkan Ivan Fadilla dan kuasa hukumnya ke hadapan majelis hakim, serta disebut-sebut sebagai salah satu bukti perselingkuhan, Venna Melinda mengaku enggan mengomentari. "Saya enggak mau menanggapi substansi karena sudah ada tim kuasa hukum saya. Saya rasa, semuanya sudah jelas karena substansi tidak perlu dikomentari. Lihat fakta hukum saja, karena ini, kan, negara hukum yang menjunjung tinggi fakta hukum. Saya tidak mau bicara kecuali soal anak-anak, karena memang tidak ada manfaatnya. Apalagi di bulan Ramadan seperti ini, harusnya berlomba-lomba untuk beramal, bukan saling menjatuhkan satu sama lain," ungkap Venna gemas.
Venna mengaku, tak ingin terus menerus berpolemik di media mengingat perasaan kedua anaknya yang menjadi korban. Bahkan saat disinggung mengenai kabar Venna yang siap menuntut Ivan apabila terbukti menyebar fitnah dengan bukti yang ada, Venna langsung meluruskan. "Saya tidak dalam kapasitas menuntut, makanya saya agak kecewa dengan pemberitaan yang menyebutkan kalau saya akan menuntut. Saya tidak pernah punya pemikiran sejahat itu, karena buat saya, bercerai saja sudah menjadi hal yang paling menyedihkan terutama untuk anak-anak saya. Tak ada keinginan saya menuntut dan secara pribadi saya hanya mau perceraian ini berakhir dengan baik-baik saja. Saya lebih baik fokus pada pekerjaan daripada harus berpolemik yang tidak ada fakta hukumnya. Biar tidak jadi blunder masalahnya."
CAROLINE PRAMANTIE
KOMENTAR