"Dari sisi adat lumayan kompleks. Lega akhirnya terlaksana dengan baik, keluarga ketemu, berjalan lancar, bahagia semoga sampai tujuan akhir," tutur Emil.
Saat temu keluarga besar, wajah Arumi yang cantik dihiasi ketegangan, begitu juga Emil. Setelah acara usai, Arumi mengaku kalau grogi menjadi pusat perhatian di tengah-tengah dua keluarga besar.
"Aku deg-degan. Tapi, ya, ikhlasin, jalani, senyum saja. Aku lebih deg-degan karena takut jelek, malu ketemu keluarga besarku dan keluarga besar dia (Emil), nervous banget. Aku saja baru sekali ini ketemu keluarga yang besar begini," tawa Arumi.
Acara lamaran sejoli yang terpaut usia 10 tahun ini terbilang mewah dan sakral. Meski baru proses lamaran, adat Palembang dan Bengkulu amat kental terasa. Bahkan, kedua calon pengantin pun mengenakan busana adat Palembang.
"Ada tabuh gendang, sarung bantal adat Bengkulu, papa, kan, Bengkulu, keluarga dari Palembang hadir. Aku pakai kebaya nasional, bawahnya songket, dan pakai kembang goyang," jelas Arumi.
Okki
KOMENTAR