"Kalau prosesnya bisa dibilang cukup unik, saya melamar justru waktu mengajak dia ke makam papanya. Di sana saya ngomong sama ayahnya (mau nikah sama Marsha)," kenang Vino.
Pernikahan tersebut akhirnya terwujud karena beberapa hal yang mereka anggap saling ditemukan di dalam diri pasangan. "Saya enggak bisa jawab dengan kata-kata. Rasanya dia orang yang tepat. Dan, saya yakin saya mau melanjutkan hubungan ini," papar Marsha.
Perasaan menemukan orang yang tepat ini tidak berlebihan karena Marsha menemukan romantisme dalam diri Vino. "Dia cukup romantis, buktinya dia suka bikinin aku surat atau kartu yang dan warnai sendiri," ungkap Marsha.
Sebaliknya, Vino sendiri juga merasa lengkap bersama Marsha. Vino yang kerap kurang sabar dan moody, menemukan Marsha bisa menjadi penyeimbang dirinya. "Bukan berarti saya lalu semena-mena sama dia. Dia juga bisa lebih keras, tapi aku seperti menemukan 'rumah' pada dia," ungkapnya sembari mengakui karena Marsha dirinya berubah romantis.
Keseimbangan yang dirasakan Vino dan Cacha ini kemudian menjadi formula hubungan mereka minim pertengkaran. "Mudah-mudahan (setelah menikah) akan begini terus ke depannya," harap Vino.
Laili
KOMENTAR