"Biasanya aku pulang sekolah jam 16.00, istirahat sebentar di rumah, langsung berangkat ke lokasi syuting di kawasan Cibubur. Sampai di sana sekitar jam 17.40. Begitu setiap harinya. Take syuting hingga nyaris pagi. Jadi, ya, untuk sahur dan buka puasa, aku melakukannya di lokasi syuting," ungkap Febby mengenai kesibukannya selama Ramadan.
Meski menghabiskan hampir seluruh waktu di lokasi syuting, kedekatannya dengan para kru membuat Febby tak merasa sendiri. "Saat buka dan sahur kami bersama-sama. Kesannya enak, ramai. Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang tak bisa terlupakan begitu saja, ketika nanti aku tak syuting lagi seperti ini."
Ditambah lagi, sang bunda selalu mendampingi Febby syuting. Tak ketinggalan, Febby merasa nyaman dengan kehadiran Derby Romero, sang pujaan hati, yang juga berlakon di sinetron yang sama dengannya. Karena itulah, banyak yang menganggap Febby dan Derby hanya terlibat cinta lokasi sesaat. Benarkah?
"Ya, mungkin juga. Soalnya kami setiap hari ketemu, setiap hari banyak mengobrol dan kerja bareng. Ada suatu hari yang membuat aku rasanya 'bagaimana' gitu ketika memandang dia," jawab Febby yang menganggap Derby sangat perhatian dan baik hati.
"Awal suka sama dia karena dia perhatian sekali sama aku. Ya, lama-lama kami jadian deh," tambah Febby yang tetap tak ingin kisah kasihnya dengan Derby disebut sebagai cinta lokasi. Kini Febby dan Derby tengah dimabuk asmara. Ke manapun melangkah, Febby selalu ada di samping Derby, pun sebaliknya. Bahkan perbedaan keyakinan tampaknya tak menghalangi keduanya untuk terus berhubungan. "Kami jalani saja dulu. Ke depannya seperti apa, kami juga tidak akan pernah tahu. Namanya juga masih muda," jawab Febby bijak.
Perbedaan keyakinan itu, menurut Derby, tak pernah menjadi masalah besar di antara keduanya. "Kalau dia buka dan sahur, saya juga berada di samping dia. Kami sama-sama makan. Tapi di siang hari saya justru tak berani makan di depan Febby. Pun, kalau saya mau makan, harus jauh dari dia dan saya menghargai Febby. Begitu juga di waktu salatnya, saya sering ingatkan dia," tutur Derby yang juga sesekali ikut puasa demi bertoleransi dengan sang kekasih. "Sekalian buat diet nih. Badan sudah agak mekar lagi. Ha ha ha," kilah Derby.
Kembali ke kiprah Febby di dunia hiburan, tahun ini memang bisa dibilang menjadi tahun kejayaan gadis kelahiran 30 Juli 1994. Kendati sudah terlebih dahulu tergabung dalam girl band Blink bersama Allysa, Silvia, Zarantiara dan Pricilla, namun nama Febby baru benar-benar dikenal sejak memerankan tokoh Nina di sinetron Putih Abu-abu.
Nina dikisahkan sebagai gadis asal Yogyakarta yang terpaksa mengadu nasibnya ke Jakarta lantaran sang ibu meninggal dunia. Pesan terakhir dari sang bunda, Nina harus menemukan Taufik (diperankan oleh Hikmah Akbar), seorang kerabat di Jakarta. Sebab, Haikal (Rainold Surbakti), sebagai om Nina tak bisa diandalkan, karena hari-harinya dihabiskan untuk berfoya-foya dan mabuk-mabukan.
Di Jakarta, Taufik diharapkan menjadi tempat "berteduh" bagi Nina sembari ia meniti karier dan sekolah. Sayang, istri Taufik yang bernama Monica (diperankan oleh Cut Sarah) tak suka pada Nina. Padahal, bagaimanapun suksesnya Taufik di Jakarta itu pun berkat tangan sahabat ayahnya Nina yang bernama Anwar, yang memberikan modal kerja padanya. Merasa utang budi, Taufik pun serba salah. Ia tak bisa memutuskan apakah harus mempertahankan Nina tinggal di rumahnya, atau memilih mengikuti keinginan sang istri.
Karakter Nina menurut Febby, adalah seorang gadis yang labil, juga sering ragu-ragu mengambil keputusan dalam segala hal. Kelebihannya, Nina kerap menulis buku harian yang berisi cerita mengenai apa saja yang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitar. Meski begitu, Nina kerap sulit mengendalikan perasaannya dan apa yang terjadi pada diri dan teman-temannya.
Bagi Febby, peran Nina sangat bertentangan dengan karakter aslinya. "Aku punya sifat dan karakter yang tegas. Kalau mau mengambil keputusan, ya, ambil saja. Tidak ragu. Meski keputusan itu akhinrya juga merugikan. Buat aku itu risiko."
Kendati berkarier di dua jalur yang berbeda (sinetron dan musik), Febby mengaku tak ingin memilih satu di antaranya. "Aku tak pernah mempermasalahkan. Keduanya punya andil besar di jalur entertainment buat karierku. Lagi pula, personel Blink lainya juga terlibat di sineron ini," ujar Feby.
Di sinetron pun Febby sudah membintangi banyak judul sebelum Putih Abu-abu. Di antaranya Cinta Intan, Putri Simelekete, Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, dan Namaku Mentari. "Sinetronku yang pertama Simelekete. Tapi alhamdulillah, di sinetron Putih Abu-Abu, aku dan teman-teman jadi bahan pembicaraan," kata Febby yang menolak dikatakan lebih ngetop dibandingkan rekan-rekan lainnya di Blink.
"Kami berjalan bersama-sama. Soal rezeki, sudah ada yang mengaturnya. Aku juga bukan leader di Blink. Kami semua punya porsi yang sama. Semoga, setelah ini ke depannya bisa kompak selalu. Kalau ada masalah, ya, kami bicarakan bersama. Mungkin karena aku yang paling tua, kalau teman-teman punya masalah jadi sering curhat ke aku. Dan sebaliknya aku juga begitu ke mereka," papar Febby.
Menjalani rutinitas syuting yang menyita waktu tak lantas membuat Febby melupakan pendidikan. Setiap hari di saat syuting, ia selalu memabawa buku-buku sekolah untuk dipelajari di waktu senggang atau sedang break. "Meski hidup seperti ini, aku tak ingin pelajaran sekolahku tertinggal. Ya, aku belajar di lokasi syuting. Giliran saja, ketika harus take, yang harus aku hafalkan naskah sinetron. Tapi ketika sedang istrirahat sebentar saja, aku pelajari buku-buku sekolah," papar Febby yang mengambil jurusan IPA di sekolahnya.
Walau begitu, Febby tetap mengakui menemukan sedikit kesulitan ketika harus belajar di lokasi syuting. Ia sering kesulitan berkonsentrasi dan fokus ke pelajaran. Karena itu, tak malu-malu Febby mengakui, ada saja mata pelajaran yang nilainya merosot drastis di laporan belajarnya. "Tapi aku bersyukur, nilaiku tak 'terjun bebas'. Ha ha ha."
Nizar
KOMENTAR