Peluang itu pertama muncul dari belum digarapnya komunitas perempuan (remaja). "Saya melihat industri ini tumbuh berdasarkan komunitas, dan yang ada saat itu adalah dari komunitas pria, seperti komunitas Changcuter dan Slank. Jadi dari segi bisnis ada peluang untuk menyasar target perempuan," kata Benny.
Kesempatan lain, tren boyband (K Pop dan J Pop) sedang mewabah di Asia, namun di Indonesia belum ada yang menggarapnya. Untungnya pula, Benny pernah berkunjung ke Seoul dan Tokyo untuk mempelajari industri musik di sana. Kesimpulan Benny, "Mereka (Korea, Jepang, Taiwan, dan Hongkong) sangat mengandalkan visual, tak sekadar musik. Baik itu solo maupun boyband, visualnya dipikirin banget."
Nah, untuk urusan visual itu, Dean lah yang diberi tanggungjawab. Mereka memilih membuat boyband agar bisa menjaring komunitas yang besar. "Kalau solois, fokusnya hanya pada seorang," alasan Benny. Selain mematangkan konsep music dan visual, strategi marketing dan pencitraan juga dipikirkan dua orang sahabat itu.
Mereka pun sudah menetapkan boyband itu akan diisi 7 personel. Pertimbangannya, dengan penyanyi sebanyak itu dari segi pertunjukan akan lebih aktarktif dan menghibur. "Blocking dan koreografi nya akan 'mengisi' panggung dan menghibur. Dari segi music juga bakan mengeksplore 7 karakter," kata Benny lagi. Pertimbangan lain, ingin mengambil "kesakralan" angka 7. "Kan, ada langit ke-7 atau kembang 7 rupa," timpal Dean.
Talen awal diperoleh dari lomba dancer di sebuah stasiun teve. Mereka adalah Reza, Ilham, dan Dicky yang berasal dari Bandung. Selanjutnya bergabung Bisma, rekan mereka I sebuah klub dance. "Kalau Morgan kami temui di Pondok Indah Mal," ungkap Dean. Dua personel lain, satu berasal dari Surabaya dan jebolan Abang-None Jakarta. Namun setelah menjalani training beberapa bulan, dua personel terakhir mengundurkan diri.
Benny-Dean mencari kekosongan itu, hingga akhirnya didapatkan Rangga dan Raffael (juga dancer dari Bandung). Bersamaan dengan pembentukkan boyband yang kemudian dinamakan Smash, itu pencarian lagu juga dilakukan. Terpilihlah lagu "I Heart You". Mereka lalu rekaman dan membuat klip. Semua biaya itu berkisar Rp 800 juta dan diperoleh dari investor.
Smash mulai "diperkenalkan" pada 3 Oktober 2010. Pada awalnya publikasi Smash berjalan seret. Reaksi Smash dengan "I Heart You" bermacam-macam. Bahkan ada stasiun teve yang menilai lagu "I Heart You" main-main. "Kami pun mencoba menjelaskan, bahwa lagu itu memang relefan dengan target market-nya dan konsepnya menghibur," jelas benny lagi.
Popularitas Smash, diakui Dean justru terdongkrak lewat media jejaring sosial yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, yakni Twitter, Facebook, dan Youtube. Namun, di media sosial ini kritik luar biasa pedasnya. "Komunitas meemang bergerak cepat. Di Youtube viewer mencapai satu juta, di Twitter pengikut mencapai ribuan. Tapi tak sedikit caci maki atau tuduhan plagiat. Kami menganggap wajarlah mereka berkomentar. Kami pun tak pernah menentang dan merespon dengan menjawab secara proposional. Pokoknya semngat terus. Kalau orang lain mungkin sudah kesal," papar Benny yang sempat menawarkan "I Heart You" ke mal dan kafe.
Alhasil di akhir 2010 nama Smash terus menanjak. Tawaran sinetron dan iklan kemudian menyusul. Namun, Benny-Dean yang membentuk perusahaan Starsignal Entertainment ini tak lagi menangani Smash. "Kami sudah mengembalikan mereka ke orangtuanya, karena deal kerjasamanya telah berakhir," ungkap Dean.
Benny-Dean yang menyebut dirinya sebagai mastermind dan produser ini kini sedang mempromosikan penyanyi lain, mixband bernama 5ky (Sky).
Ical
KOMENTAR