a, sekitar tiga bulan lalu, Trio Macan terdengar menyanyikan lagu tersebut tanpa menyebutkan nama Imron (47) sebagai pencipta lagu. "Jadi kami semua protes, karena jelas tidak etis mereka tidak menyebutkan penciptanya," papar Imron. Menyadari telah melakukan kesalahan, beberapa pekan lalu Imron bersama Arek Band diundang oleh Trio Macan sekaligus produser yang memproduksi lagu tersebut untuk berdamai. "Karena mereka mengakui kesalahan, dan minta maaf, maka kami semua sepakat tak mempersoalkan lagi."
Bahkan di ujung perdamaian itu, pihak produser berjanji akan memberi royalti dari hasil penjualan CD. "Saya tak masalah. Kalau nanti pada akhirnya dapat royalti, saya akan sumbangkan untuk anak yatim serta seorang bonek (singkatan dari bondo nekad, sebutan untuk supporter persebaya, Red.) dari Tanggulangin Sidoarjo, yang tempo hari dibunuh oleh gerombolan suporter dari daerah lain," papar Imron.
Lantas, siapakah Arek Band yang dimaksud Imron? Ternyata semua telah menjadi bagian sejarah lagu Iwak Peyek. Ceritanya, "Lagu tersebut sebenarnya saya ciptakan buat suporter pendukung Persebaya, dan saya tak pernah menduga kalau bisa populer seperti sekarang ini," kata Imron yang mengaku bahwa lagu tersebut diciptakan tanpa sengaja sekitar empat tahun silam.
Saat itu, kebetulan Imron yang juga menjabat sebagai ketua supporter Persebaya sedang bertandang ke kota Bandung guna menonton pertandingan Persebaya melawan PSMS Medan. Sebagai ketua, tentu saja bapak dua orang anak ini harus mengkoordinir ratusan bonek. Inspirasi Imron timbul tatkala ratusan bonek tengah melantunkan yel-yel kebanggan Persija yang kala itu dipimpin dua dirigen, Hamin dan Octo yang terus mengobarkan semangat para bonek, meski lapar dan lelah menyerang.
Gara-gara Lapar
Saat ia memandangi dua orang sahabatnya itu, di benak Imron terlintas pikiran sederhana. Andaikata di tengah rasa lapar seperti ini ada makanan meski hanya iwak peyek dan nasi jagung, alangkah indahnya. "Saya sendiri juga enggak tahu, mengapa tiba-tiba kok saya terpikir seperti itu. Tapi memang, waktu itu kami semua sebenarnya lapar sekali, sebab sejak siang tidak makan dan tidak minum, tapi teriak-teriak terus memberi semangat pemain," cerita Imron.
Rupanya dua kata tadi mengena. Selama pertandingan berjalan kata "iwak peyek" dan "nasi jagung" selalu berkecamuk dan terus diulang-ulang. "Saya ini, kan, bukan penyanyi atau pengarang lagu, tapi saya merasakan ada sesuatu yang enak di telinga kalau saya lafalkan. Cuma saat itu saya masih harus mereka-reka syair lanjutannya," tutur Imron yang kemudian sempat mendiskusikan lirik Iwak Peyek dengan para bonek. Akhirnya dengan iringan drum yang biasa dibawa oleh suporter, lagu itu menjadi lagu wajib bagi para suporter setiap Persebaya berlaga," papar Imron.
Seiring waktu, kemudian ia didatangi oleh Hendrik dari Arek Band, yang kebetulan adalah bagian dari suporter Persebaya. Mereka minta izin untuk menyanyikan lagu Iwak Peyek namun diaransemen menjadi lagu rock. "Saya tidak keberatan, bahkan malah senang, kalau lagu tersebut makin dikenal orang," imbuh Imron.
Tak lama setelah dinyanyikan Arek Band, kemudian Shodiq, dari orkes melayu Monata menyusul datang kepadanya untuk minta izin menyanyikan lagu ciptaannya bersi dangdut koplo. Setelah orkes Mona, lalu dinyanyikan lagi ke versi dangdut oleh orkes melayu Sagita, semua atas izin Imron.
Langsung Meledak
Lain halnya dengan Imron yang sudah merintis sukses Iwak Peyek sejak lama, Lia, Chacha, dan Iva yang tergabung dalam Trio Macan baru mencicipi sukses Iwak Peyek sejak enam bulan silam. Awalnya, produser label Proaktif tempat Trio Macan bernaung, Agi Sugiyanto, tertarik dengan lagu Iwak Peyek. Agi pun berusaha menghubungi Imron, sang pencipta lagu. Gayung bersambut, Imron pun akhirnya bertemu dengan pihak Proaktif dan langsung menandatangani kontrak di penghujung tahun 2011.
KOMENTAR