Apa kabar? Sepertinya terlihat semakin cantik?
(Tersenyum tersipu) Alhamdullilah kabar baik. Ah, masak iya? (sambil merapikan kerudungnya) Ini, mah, hanya pakai make-up dan bedak biasa yang ada di pasaran. Mungkin karena sering kena air wudhu, ya? Atau mungkin juga karena saya sekarang agak gemuk, jadi agak berisi. Ya, kesibukan sehari-hari tausiah, sharing bersama ibu-ibu pengajian, bisa menjadikan hiburan tersendiri selain untuk tetap istiqomah ibadah kepada Allah.
Kenapa akhirnya memutuskan menikah kembali dengan Aa Gym?
Saya juga tidak bisa menggambarkan, kok, secepat ini? Mungkin ini yang namanya rahasia Allah. Soal jodoh, rezeki, mati, dan hidup benar-benar tidak ada yang tahu. Insya Allah, pernikahan ini untuk kebaikan.
Apa yang dilakukan Aa sebelum semua proses ini dimulai?
Ya, sebagai mana layaknya sajalah. Kalau komunikasi soal anak-anak, kan, selama ini biasa saja. Tetap terjalin tali silaturrahminya. Nah, suatu hari Aa bicara ingin kembali. Hal ini juga menjadi pelajaran dan hikmah bagi saya untuk menahan ego, emosi. Yang lalu biarlah berlalu. Lalu saya melakukan salat istikharah dulu selama 40 hari. Jawabannya, alhamdulilah segala sesuatunya dilancarkan.
Lalu?
Saya coba bicara sama anak-anak, Aa juga bicara sama mereka. Anak-anak, sih, senang dan setuju saja. Katanya, biar kami semua kumpul lagi seperti dulu. Insya Allah kami masih saling mencintai. Yang membuat rasa saling cinta dan sayang, kan, datangnya dari Allah. Yang mempersatukan hati dan yang memutuskan juga Allah. Kami ambil hikmah untuk ke depannya. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah.
Sebelum menikah, apakah ada proses lamaran?
Iya, dong. Aa melamar saya lagi ke orangtua dan keluarga. Lamarannya, sih, enggak seperti anak muda. Kami ini, kan, sudah aki-aki dan nini-nini (kakek-nenek, Red.). Sudah punya cucu. Ha ha ha...
KOMENTAR