"Angie juga minta masuk ke lubang kubur. Dia berkata tidak akan menikah lagi, karena satu-satunya lelaki hanya Adjie," tulis Linda.
Berikut tulisan yang disajikan Linda Djalil lewat blog miliknya.
Bu Broto, Losmen Bu Broto, Brotoseno, dan... Angelina Sondakh
Siapa 'orang-orang jadul' yang tak kenal Bu Broto si jangkung bersanggul berkebaya Jawa rapi langsing cantik yang sehari-hari mengelola losmen? Ya, Losmen Bu Broto adalah cerita serial di TVRI tahun '80 an yang setiap Rabu malam jam 9.30 dinanti-nanti pemirsa. Petani-petani di desa pun tak kalah sibuk bila Losmen Bu Broto sudah akan muncul di televisi. Mereka berkumpul di halaman rumah lurah, dengan bekal teh kopi dan ubi rebus, bersama-sama menikmati hiburan dari layar kaca ini.
Bu Broto (baca: Mieke Wijaya) ditampilkan sebagai perempuan bijak. Suaminya, Pak Broto (diperankan oleh Mang Udel yang kini sudah almarhum), adalah pensiunan pengangguran yang semula menderita post power syndrome dan kerjanya hanya ngopi sembari memetik alat musik ukelelenya saja. Bu Broto yang penyabar dan tukang dandan itu sangat cerdik menyikapi suasana hati sang suami. Ia juga pandai mengendalikan anak-anaknya, si Tarjo (Mathias Muchus masih muda banget lho waktu itu..hihihihi..!), Dewi Yul yang menjadi jeng Sri si janda muda, dan mbak Pur si perawan tua yang diperankan oleh Ida Leman. Pokoknya, semua kompak bekerja mengelola losmen yang adanya (seolah-olah) di Jogjakarta itu. Para pemain masih muda, segar, ganteng, cantik. Dan kehebatan berakting mereka serta tampilan keren raut wajah sampai hari ini masih bersisa deh!
Karena pemirsa TVRI begitu terpesona pada kisah Losmen Bu Broto ini, maka banyak orang yang kebetulan sedang ke Jogja begitu ngotot mencari, mengudak-udak letak Losmen Bu Broto di sebelah mana. Hahahaaaa....., lha losmennya direkayasa di studio TVRI kok, jeh!
Di balik semua itu, saya ingat betul, banyak suami yang 'menyentil' para ibu, eh.. istri mereka, "Tuuuh lihat dong Bu Broto, penyabar, ulet, jujur, cantik wajah cantik hatinya. Tirulah.." . Memang, tampaknya Tatik Malyati si penulis cerita serial ini sengaja menyuguhkan sosok istri yang bijak, tabah, dan terukur dalam tutur katanya. Terus terang saja, saya rindu pada suguhan cerita Bu Broto yang dulu itu. Apa masih bisa disiarkan ulang ya?
Lalu, tiba-tiba di twitter, facebook, SMS, yang zaman munculnya Bu Broto yang bijak belum terbayang ada benda-benda dan alat komunikasi itu, ramai sekali orang menyebut, "Mau ada Bu Broto ya sekarang?" Lha? semula saya berpikir apa maksudnya? Seiring dengan komentar yang berlapis-lapis dan seru itu, barulah saya mudeng, ternyata ini menjurus pada kisah asmara yang betul-betul gress dan aktual ; Angelina Sondakh yang menjalin cinta dengan Brotoseno sang polisi!
Brotoseno, yang semula hanya diraba publik lewat topinya yang menutupi jidat dan mata itu, akhirnya muncul gamblang dengan senyum mengembang. Waduh, keren euuuy..! Jadi bintang pilem mungkin layak juga lho...hehehe! Konon kabarnya dia adalah seorang duda dari seorang dokter cantik lulusan Universitas Indonesia. Kalau melihat Brotoseno bersanding dengan janda Adjie Massaid yang wafat belum setahun itu, ya cocok laa, yang satu keren satu lagi cuantik. Taelaaaah...! Toh perempuan anggota Komisi X DPR itu jelas-jelas berkata (kata dia, itu menurut bapaknya, Luki Sondakh mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi), urusan keyakinan dan asrama .. eh asmara, adalah urusan privasi. Oke, ok, setujuuuu...! Ape lu kate, kalau kata orang Betawi. Semua memang sah-sah saja. Urusan etiket memang sangat subyektif, namun urusan etika adalah ikhtiar menuju hal obyektif karena menyangkut pedoman hidup. Akhirnya tokh semua tergantung dari kacamata mana memandangnya.
Namun saya hanya ingin membuka buku saya dari halaman pertama, dan ada sedikit catatan di sana. Angelina Sondakh menangis jejeritan tiada henti saat Adjie terbujur kaku di kamar mayat di RS Fatmawati. Setelah SBY dan Ani SBY pulang melayat di rumahnya, semenit kemudian Angie jatuh pingsan. (waktunya kebetulan ya? bukan saat SBY datang). Begitu seorang kerabat yang dokter mengatakan bila lemah dan pingsan ia dilarang ikut ke makam, mendadak sontak dia siuman dan menjerit, bahkan ingin masuk ke ambulans. Ok, kemauannya diikuti oleh anggota keluarga. Oya, sebelum itu, di samping saya, dia masih sempat mengadu kepada ibu Presiden tentang buruknya penanganan RS Fatmawati. Lalu, ia histeris di gedung DPR. Ibu bapaknya datang dari Menado tergopoh-gopoh menuju gedung DPR. Angie juga minta masuk ke lubang kubur. Dia berkata tidak akan menikah lagi, karena satu-satunya lelaki hanya Adjie. Menurut pengakuannya, Adjie sebelum wafat masih sempat berkata 'Take care of our children' . Benar tidaknya, saya tidak bisa meraba dengan pasti. Lalu ia membuat buku, mengarang lagu, tampil belasan kali di semua impotemen eh infotainment, sampai-sampai anak-anak petani di salah satu desa berkata kepada saya, 'drama itu bu..., itu hanya drama!' dan tukang foto copy sembari membolak-balik kertas menyimak gosip layar kaca, dan berkomentar, "Aaaah, lebay amaaat, besok juga udah punya pacar baru, kawin lagi..!" -- Tentu kesal sekali saya mendengar berbagai komentar dari beberapa lapisan masyarakat itu. Telinga saya terasa mau pecah. Ingin rasanya saya memeluk Adjie dengan segera. Dan menjerit menangis sejadi-jadinya.
Saya pernah mencoba menasihatinya berkali-kali. Meratap berkelebihan dalam agama juga tidak patut. Muncul di infotainment, bahkan sampai mau-maunya dipanggil sana-sini ke studio TV sembari mengumbar air mata, rasanya tak perlu. Mengadakan acara tahlilan diikuti dengan peluncuran lagu baru di mata saya alangkah tidak etisnya. Sebagai orang yang duduk di Komisi X, berkonsentrasilah ke bidang yang ditanganinya, masalah kesehatan, pariwisata, pendidikan dan olah raga. Bukan membeberkan tentang keguguran setelah Adjie wafat (hah? keguguran?). tentang kamar anak yang warna-warni, rencana sekolahkan anak ke luar negeri, dan keharmonisannya dengan almarhum sepanjang usia pernikahan dan berbagai kisah internal lainnya. Dia pernah berkata kepada saya bahwa urusan diwawancara infotainement dan tabloid selesai sudah, yang penting sekarang saya mau konsentrasi kerja. Eh, besoknya, dan besoknya lagi, ternyata ada lagi dia, bahkan wartawan syuting di kamar anak, mengikutinya di mal dan lagi-lagi datang ke studio. Tentu saya bingung. Yang mana yang bisa dipegang dari tutur katanya?
KOMENTAR