STAND UP COMEDY SHOW (METRO TV) Antara Kill dan Bomb
Program ini baru berumur sekitar dua bulan (mulai tayang 15 September di Metro TV, setiap Rabu pukul 22.30 WIB). Namun, ide pembuatan acara ini sudah tercipta sekitar 1,5 tahun yang lalu. "Ketika itu saya melihat secara langsung (presenter dan komedian) Pandji, stand up. Itulah pertama kali secara experience saya melihat stand up comedy. Melihat antusiasme penonton, saya lihat stand up comedy menarik. Cocok untuk Metro TV," cerita Agus Mulyadi, produser Stand Up Comedy Show (SUCS).
Namun, keinginan itu tertunda karena Agus diminta untuk mengkaji lagi tingkat kesiapan penonton terhadap genre komedi monolog itu. Apalagi, jumlah comic (pelaku stand up comedy) pun bisa dihitung dengan jari alias terbatas. "Kalau hanya Pandji, Raditya (Dika), dan Iwel (Wel) yang tampil melulu, nanti penonton akan bosan," kata Agus.
Seiring perjalanan waktu, Agus mulai mendeteksi munculnya para comic lain. Stand up comedy pun ramai dilakukan di berbagai tempat. Sebagai salah satu barometer, di Youtube, aksi comic Indonesia ramai dibicarakan. Menurut Agus, ini jadi momentum bagus untuk menggulirkan kembali ide ini, yang akhirnya diterima.
Contoh stand up comedy dari comic dalam dan luar negeri dikumpulkan Agus sebagai referensi. Secara materi, genre stand up comedy terlihat lebih "berani", karena tak jarang menyentuh masalah politik, sosial, hukum, atau apapun yang ada di sekitar. Kendati demikian, hal itu tak jadi kendala bagi Agus dan tim untuk terus memproduksi SUCS. Justru dengan materi yang "berani" itu, SUCS ingin mengedukasi penonton agar menyikapi realita yang ada dengan dewasa dan tidak sensitif. Yakni bagaimana membiasakan diri melihat yang ada di sekitar dengan cara yang lebih humoris dan tak sungkan pula menertawakan diri sendiri. Toh, kerap kali Metro TV sendiri atau pengiklan tak luput dari bahan lawakan.
SUCS dibuat dengan format showcase. Dengan percaya diri SUCS running dengan modal nama sekitar 20-an comic. Setelah tayang, SUCS mendapat respons positif dari pemirsa, meski ada pula yang merasa tabu. Calon comic pun datang melamar. "Tak disangka sampai saat ini sudah ada 200-an orang mendaftar untuk ikut tampil. Yang menarik, mereka datang dari beragam latar belakang," kata Agus lagi. Peminat ini dimanfaatkan untuk audisi dalam medium open mic di sela-sela syuting. "Beberapa yang bagus akan dijadwalkan untuk tampil."
Istilah open mic adalah sesi para comic menjajal materi lawakan di atas stage. Yang terpenting, dalam kesempatan ini adalah bagaimana cara comic menyampaikan materinya ke audiens. Jika membuat audiens tertawa, disebut dengan istilah "kill" dan jika gagal lucu, disebut "bomb".
Pihak Metro TV amat sedikit campur tangan pada materi lawakan. Comic diberi kebebasan untuk memilih tema, bahasa, dan angle, serta diminta melakukan sensor sendiri. "Yang harus diingat bagi para comic, ini medium yang punya etika penyiaran. Kami melarang materi Suku, Agama, Ras, Antar Golongan (SARA) dan menyerang fisik. Soal seks masih diperbolehkan, tapi bukan yang mesum dan terlalu vulgar. Joke dewasa boleh lah," sebut Agus.
Ical, Antie / bersambung
KOMENTAR