"Terharu, merasa Senasib sepenanggungan. Jadi bisa rasain gimana perasaan mereka, soalnya saya juga kecil di Pesantren. Kegiatan setiap hari bangun pagi jam 3 ngaji, kitab, tajuid, paginya sekolah SD. Pulang jam 1, lanjut sekolah agama. Habis magrib pengajian, setengah sembilan pencak silat, " kenangnya saat ditemui di acara buka bersama anak yatim piatu di Jl. Anugrah, Jatiwaringin, Pondok Gede.
Seperti ingin mengenang masa kecilnya, Omesh pun berkeliling yayasan dengan anak-anak sambil bercengkerama dengan anak yatim yang datang. "dulu suasananya kurang lebih sama kayak anak-anak di sini. Kalau ada tamu, biasanya dari kerajaan arab, bagi-bagi duit. Dikasih duit real. Disuruh ngaji di depan mereka. Lebih panjang suratnya lebih banyak dapat real-nya, ceritanya.
Omesh mengaku rindu dengan suasana santri terdahulu. "Wah kangen banget, malah pas ketempat itu, teman-teman saya ada yang jadi guru ngaji di sana, ada juga yang jadi ustat. Saya malah masih begini, " katanya dengan senyum malu-malu.
Icha
KOMENTAR