Apa kabar?
Alhamdulillah, kabar baik. Saya baru saja kembali dari Cambridge, Amerika mendampingi Mas Agus yang sekolah di Harvard. Baru sebulan ini kembali dan ini hanya sementara saja.
Maksudnya akan kembali ke Amerika?
Iya, karena dalam waktu dekat ini Mas Agus masih harus menyelesaikan kursus militer untuk tingkat kapten di Georgia. Rencana kembali lagi bulan ini, setelah ulang tahun Aira. Jadi, semua boyongan ke sana lagi.
Bagaimana kehidupan di sana? Menyenangkan?
Ya, menyenangkan sekali, terutama untuk Aira karena di sana banyak sekali fasilitas yang mendukung untuk anak. Saya selalu mengajak Aira ke playground dan bermain di sana. Begitu pula dengan Mas Agus, bila tidak sibuk dengan urusan sekolah, pasti ikut bermain dengan kami. Di sana, kalau musim dingin juga tersedia indoor playground.
Lebih enak tinggal di Amerika atau Indonesia?
Sangat berbeda, ya. Saya enggak bisa bilang enak di sana atau sini. Semua ada sisi positif dan negatifnya. Di sana tidak ada macet dan tidak padat. Jadi, buat saya yang terbiasa hidup di kota besar seperti Jakarta, menemukan suasana baru seperti itu rasanya fresh sekali. Tapi kalau di sini, keluarga besar dan teman-teman semua berkumpul. Ya, semua punya tempat masing-masing lah di hati.
Saya ikut beberapa kursus di Harvard Extention School, mengambil Academic English. Saya belajar untuk menambah pengetahuan saja. Saya baru tahu kalau di sana harus aktif berbicara dan tampil di depan umum untuk presentasi dan harus tahu cara penulisan gaya Amerika. Kalau mau membuat karya ilmiah, ternyata berbeda caranya dengan di Indonesia. Selain itu, saya ambil satu kelas yang merupakan salah satu program master-nya Harvard Exstention School, kelas Not For Profit Sector namanya.
Saat mendampingi suami di Amerika, apa saja bentuk dukungan Anda?
Beban sekolah suami saya memang termasuk berat karena program Master hanya 1 tahun. Programnya benar-benar sangat padat. Dia sibuk sekali belajar dan bikin paper. Jadi, saya berusaha tidak mengganggu Mas Agus. Kegiatan saya juga cukup banyak. Dukungan saya sebatas menyediakan makanan dan berusaha untuk tidak membebani Mas Agus dengan hal-hal lain yang bisa mengganggu kosentrasi belajarnya.
Sering rindu keluarga?
Pasti. Semua keluarga besar dan teman-teman memang berada di Indonesia. Itu yang tidak dapat tergantikan di sana.
Padahal Anda termasuk anak yang dekat dengan Bunda, ya?
Saya dengan Bunda seperti teman. Sejak kecil, Bunda juga tidak pernah membedakan saya dengan anak kecil lainnya, walaupun saya anak perempuan satu-satunya di rumah. Tapi Bunda selalu memberikan tanggung jawab yang besar kepada saya. Bunda memang selalu percaya kepada saya. Jadi, setiap ada masalah, Bunda pasti cerita ke saya. Bunda senang sekali curhat ke saya dan menanyakan pendapat saya. Jadi, sudah seperti teman. Sebaliknya, saya juga selalu cerita ke Bunda.
Ya, pasti! Untuk membuat keputusan penting dalam hidup, saya selalu tanya ke Bunda. Saya percaya sekali dengan pepatah, perkataan seorang ibu adalah doa. Mulai dari pendidikan, karier, sampai jodoh, semua tidak lepas dari restu seorang ibu. Bunda tidak pernah memaksa, tapi selalu mengarahkan saya. Kalau tidak ada arahan dari Bunda, pasti hidup saya biasa-biasa saja.
Termasuk ketika memutuskan untuk menikah?
Begitu pun saat memilih suami, Bunda yang sangat senang. Saat Bunda tahu saya dekat dengan Mas Agus, Bunda selalu meminta untuk membina hubungan baik saya dengan Mas Agus. Dan Bunda terlihat sangat sayang pada Mas Agus. Ternyata terbukti Mas Agus adalah jodoh saya.
(Di sela-sela wawancara, Yani Pohan, ibunda Annisa bertutur, "Annisa anak yang sangat mandiri sejak kecil. Saya sebagai orangtua tidak terlalu susah mengaturnya. Dia tidak pernah bikin masalah. Kalaupun ada, ya, hanya sekadar masalah kecil. Kami berdua sangat dekat. Apa pun yang terjadi pada Annisa, dia selalu cerita. Ya, mungkin sebagai anak muda ada kalanya dia tidak menceritakan hal-hal yang menurutnya tidak bisa diceritakan ke saya, dan saya sebagai ibunya cukup menghargai privasinya. Jadi, kalau tidak terlalu penting, ya, saya juga tak mau mencari tahu.")
Bagaimana komunikasi dengan keluarga selama di Amerika?
Biasanya saya menggunakan BBM (Blackberry Messenger, Red.) atau Skype. Ya, pokoknya memanfaatkan fasilitas komunikasi yang ada.
Sebetulnya sedih karena harus meninggalkan keluarga. Kalau bisa, maunya semua diboyong ke Amerika. Tapi ini sudah jadi kewajiban saya untuk mendampingi suami. Sedih pastinya karena pada Hari Raya tidak bisa berkumpul dan bersilahturahmi dengan keluarga.
Oya, bagaimana perkembangan Aira?
Alhamdulillah, Aira semakin pintar. Tanggal 17 Agustus nanti, umurnya 2 tahun. Dia sudah semakin besar, semakin pintar menggoda saya. Tapi dia anak yang peduli pada orangtuanya. Saat saya capek, pasti dia datang untuk pijat-pijat. Lucu sekali. Mudah-mudahan dia tumbuh jadi anak yang salehah.
Kelihatannya Aira sudah mulai bisa tampil di depan umum, seperti fashion show dan pemotretan. Apakah itu keinginan ibunya?
Alami saja. Kebetulan Aira juga jadi salah satu ikon merek batik untuk anak-anak. Aira sudah menjadi model Alleira saat umur 6 bulan. Mungkin karena sudah dimulai sejak dalam kandungan, Aira jadi terbiasa sekarang. Sebetulnya, sekarang Aira juga sudah mulai bisa memilih baju yang disukainya. Kalau saya pilihkan dan dia tidak mau, pasti dia akan berkata tidak.
Semua sepertinya sudah sesuai rencana, ya, lantas apa harapan ke depan?
Saya ingin semua berjalan secara lancar, mulai dari kehidupan, keluarga, dan karier. Semoga saya bisa menjadi istri dan ibu yang baik bagi keluarga saya. Saya ingin menjadi perempuan hebat dalam kehidupan suami dan anak kami.
Caroline Pramantie
KOMENTAR