"Alhamdullilah, sekarang makin banyak artis yang mencari ketenangan jiwa dengan jalan berzikir. Kita sebaiknya jangan menjustifikasi mereka sebagai orang yang baik atau tidak, menentukan apakah mereka bakal masuk surga atau neraka, karena bagaimana seseorang kelak, hanya bisa dilihat pada saat akan meninggal. Apakah orang itu meninggal dengan qusnul khatimah atau zuqul khatimah," tutur pria kelahiran 22 Agustus 1968 ini.
Tidak sedikit dari mereka yang datang berkonsultasi soal jodoh dan pekerjaan. Untuk itu, ia tak memberikan saran yang macam-macam. "Saya hanya minta mereka membiasakan diri zikir Asmaul Husna. Kebetulan, di tempat saya, setiap Minggu malam ada zikir Asmaul Husna dan Ratib Alatos. Sedangkan Kamis malam ada pembacaan Alquran dan tausiyah," papar ayah 6 orang anak ini. "Insyaallah dengan rajin berzikir, apa yang kita inginkan tercapai," tambahnya.
Ustadz Babay juga tak merasa risih jika ada tamunya yang datang dari kalangan waria atau banci. "Mereka juga manusia yang harus diterima dengan baik. Siapa tahu, dengan datang ke pengajian, perlahan mereka belajar agama, semakin dekat dengan Allah, dan mau kembali ke jalan yang benar. Yang datang juga tidak harus memakai jilbab, yang penting berpakaian sopan saja."
Untuk bisa dekat dengan jemaahnya, Ustad Babay sebisa mungkin menggunakan bahasa yang santai saat berkomunikasi. Makanya, sapaan gaul khas Jakarta, seperti 'Ane' dan 'Ente' kerap meluncur dari bibirnya.
Berdasar pengalaman hidupnya yang pahit semasa remaja, ia belajar untuk berusaha rendah hati dan tak memandang rendah orang lain. Katanya, saat masih SMA, ia bandel bahkan kelakuannya seperti preman. "Kalau enggak percaya, tanya saja ke tetangga saya di Jl. Senopati. Jenis narkoba dan miras apa saja, sudah saya rasakan. Orang-orang juga banyak yang menjauhi saya sampai kemudian saya sadar, saya telah menyia-nyiakan hidup. Saya malu sekali. Akhirnya saya putuskan tidak meneruskan kuliah, tapi berguru kepada Habib Umar Alatos."
Erni
KOMENTAR