Bens menjelaskan, dalam sebuah organisasi manajemen besar, minimal ada tiga manajer yang menangani artis. Yaitu untuk urusan personal, bisnis, dan road manager. "Khusus untuk kasus Aura, yang melakukan kecelakaan sebenarnya adalah personal manajer yang tugasnya mengawal Aura sampai ke Makassar. Dua manajer lain, tugasnya untuk urusan panggung dan kontrak."
Berdasar itulah, lanjutnya, "Kalau manajemen menyalahkan Aura, menurut saya tidak tepat. Soalnya, dia yang saat itu punya masalah pribadi dengan pacarnya, harusnya si personal manajer harus memutuskan agar pacarnya tidak terlibat dalam pekerjaan Aura." Ketidakseriusan manajemen dalam mengawal Aura juga dilihat Bens dari sisi ketika somasi pihak Debindo muncul. "Mestinya mereka segera bertindak agar tidak timbul somasi tapi, kok, malah menyalahkan Aura. Ini enggak fair. Kalau saya jadi Aura, bisa saja melaporkan manajemen ke polisi sebagai wanprestasi antara dia dengan pihak manajemen. Ini harus dilakukan agar jangan sampai artis jadi bulan-bulanan sebuah manajemen yang sebetulnya tidak becus menangani artis," ujar Bens.
Jadi, apa langkah terbaik yang harus diambil? "Aura sudah minta maaf meski masih terhalang soal nilai ganti rugi. Yang paling ideal adalah menawarkan pemunculan pada hari dan tanggal lain ke penyelenggara sebagai bentuk ganti rugi. Itu salah satu solusi agar tidak kena ganti rugi Rp 2,36 miliar," anjur Bens sambil mengingatkan, showbiz adalah bisnis jasa. "Kalau selalu diakhiri dengan tuntutan perdata maupun pidana, bisa saja EO di Makassar akan ditakuti oleh artis lain dengan alasan terlalu mudah melakukan tuntutan. Artinya, EO seyogianya lebih fleksibel. Apalagi, Aura, kan, sudah bilang dia sakit dan ingin damai."
Tumpak, Ester
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR