Edy menegaskan, problem rumah tangga telah muncul sebelum kasus di daerah Puncak, Bogor terjadi. Pada intinya ada sesuatu dalam rumah tangga mereka sehingga Pak Suhaeby tak tahan lagi dan ingin berpisah. Sebetulnya Suhaeby sudah menyampaikan kepada keluarga keinginan bercerai dari Cici sebelum masalah di Puncak terjadi. Soal Cici yang bersikap emosional, itu bukan karangan kami, tapi ada saksinya, Hasan dan Kasno," tutur Edy.
Hasan mengaku pernah mendengar Cici berteriak-teriak. " Saya pernah melihat ibu Cici meronta-ronta di ruang keluarga, membenturkan kepalanya ke lantai. Pernah suatu hari ibu tiba-tiba berteriak sampai kedengaran ke luar rumah. Saya lihat ibu pingsan habis meronta-ronta. Saya ikut menenangkannya," kata Hasan.
Hal senada juga dituturkan Kasno, saksi lainnya. "Saya sempat lihat ibu Cici meronta dan dipegangi bapak. Ibu sempat mengancam mau terjun ke kolam. Setelah itu ibu pingsan dan dibopong bapak. Ibu kadang-kadang memang suka tiba-tiba emosi," jelasnya. Kasno bercerita, suatu hari ketika sedang memarkir mobil, ia mendengar ribut-ribut. Saat masuk, ia melihat kedua majikannya sedang ribut. Cici saat itu marah-marah dan di lantai ada pecahan beling. Cici kemudian mendadak mengambil kunci mobil. Suhaeby, kata Kasno, berusaha mencegat. "Bapak tanya mau kemana, ibu bilang mau menabrakkan diri," ujar Kasno yang mengaku pernah melihat Cici emosional di rumahnya di Tanjung Priok dan Cibubur.
Astri
KOMENTAR