Yang pasti, kehadiran Mbah Surip saat itu membuat heboh khalayak yang hadir. Sambil tertawa lebar, ia meladeni tawaran berfoto bersama penggemar. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Popularitas dan limpahan fasilitas memang tak membuat Mbah Surip berubah. Ia tetap bersahaja. Rambut gimbal dengan topi rajut berwarna-warni yang senada dengan warna sepatunya, setia menjadi ciri khas Mbah Surip. Setiap langkahnya juga tak lepas dari ransel yang selalu menempel di punggungya. Satu lagi yang identik dari lelaki asal Mojokerto ini, di dadanya menggelantung dompet handphone hitam bertulisankan "I love you full", sebuah istilah yang lekat dengan namanya.
"Istilah itu bahkan akan saya patenkan," kata Mbah Surip. Menurut pria yang tak pernah lepas dari rokok kretek dan kopi ini, kalimat itu punya makna filosofi yang mendalam. Yakni, himbauannya pada sesama agar mencintai semua ciptaan Tuhan. "Semua yang ada di dunia ini harus kita cintai dengan sepenuhnya," katanya.
Meski selalu berusaha terlihat ceria, Mbah Surip tetaplah orang yang sudah berumur. Ia kadang terkesan kelelahan. Apalagi jika penonton yang dihiburnya histeris hingga menarik tubuh atau rambutnya yang gimbal itu ke sana-sini. "Kalau sudah begitu. Mbah capek sekali," ujar Mbah Surip usai turun pentas, lalu tidur di sofa.
Saat itu, tubuh rentanya jelas terlihat. Tak ada pula tawa lebar ciri khasnya. Kini tubuh renta Mbah Surip terbujur kaku. Sang fenomenal telah tiada. Semoga arwahnya diterima disisi-Nya.
GANDHI WASONO M
KOMENTAR