"Timbul adalah sosok komedian besar yang melegenda. Ciri khasnya adalah berjiwa sangat sederhana, selalu ingin membantu yang kesulitan, dan disiplin," ujar Agum yang mulai mengenal Timbul sejak ia menjadi komandan Kopassus dan sering mengundang Timbul menghibur para prajurit.
Sementara Indro menilai, tak ada yang bisa menggantikan Timbul. "Ibarat komedi, almarhum punya warna sendiri. Dengan kepergian Timbul, maka kita kehilangan warna itu," kata Indro.
Indro punya pengalaman terakhir saat mengunjungi Timbul di ruamh sakit. "Almarhum mengangkat tangan ke dahinya. Saya tanya kenapa Mas? Dia jawab, enggak kok, cuma gatal, sambil tertawa," kenang Indro. "Kejadian itu terasa indah sekali karena saya pikir dia mencoba melawak untuk terakhir kalinya."
Teguh Sunardi, anak pertama almarhum memuji sang ayah yang sangat memperhatikan keluarganya. "Dengan hasil kerja bapak sebagai seniman, anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Bapak seorang pengabdi seni," jelasnya.
Mengenai rencana penggalangan dana yang sudah disiapkan untuk membantu pengobatan Timbul semasa masih hidup, tetap akan dilanjutkan. "Bentuk acaranya seperti Ketoprak Humor, diadakan di Gedung Kesenian Jakarta tanggal 20 April," terang Teguh. Acara diprakarsai Tarzan, Tukul, dan Amir Mukadi. "Ini merupakan kerja sukarela teman-teman yang peduli bapak," imbuh Teguh.
Astri
Foto : Daniel Supriyono
KOMENTAR