Sampai sekitar November 1997, di acara Hari Raya Dipawali di Hotel Shangri La aku menitip pesan pada fotografer acara itu untuk banyak mengambil fotoku dan Shania. Kebetulan fotografernya dari Multivision, jadi aku bisa urus semuanya.
Begitu selesai acara, aku bawa foto-foto itu ke rumahnya. Sampai di rumahnya, kakaknya yang notabene adalah teman sekolahku, ikut melihat foto itu. Ketahuanlah oleh mereka bahwa aku suka dengan Shania. Di keluarga India pacaran-pacaran seperti anak-anak muda lainnya itu sebenarnya enggak boleh. Kalau memang mau, langsung tunangan dan menikah saja.
Akibat kejadian itu, keluarganya langsung menanyai Shania akan hubungannya denganku. Ternyata sejak itu, malah hubungan kami jadi semakin dekat. Padahal ketika itu Shania sudah mempunyai seorang teman dekat. Jadi hubungan kami seperti cinta segitiga, dan dia bingung mau memilih yang mana.
Sampai kemudian teman dekatnya itu datang ke Jakarta. Bukannya aku menganggap dia sebagai saingan, malah aku mendekati temannya itu. Mulai dari mengajaknya main tenis, nonton film, jalan-jalan dan lain-lain. Sampai temannya itu bingung mengapa aku begitu baik dengannya.
Pekerjaan Shania membawanya harus bepergian ke Singapura setiap Jumat sampai Minggu. Karena aku enggak mau hubungan yang sudah dekat ini kembali merenggang, setiap akhir minggu aku selalu mengunjungi dia ke Singapura.
Akibatnya, tabungan habis untuk tiket dan telepon. Tapi aku enggak menyerah, malah membuat aku semakin kreatif mencari uang. Segala usaha aku geluti. Yang penting aku enggak minta uang dari orangtua.
Lama-lama, Shania menyerah juga dan memilih aku untuk menjadi pasangannya. Desember 1998, kami resmi berpacaran. April 1999, kami tunangan dan menikah Februari 2000. Sekarang kami memperoleh tiga buah hati, Sairaa Punjabi (8), Nayla Punjabi (4,5) dan Rehaan Punjabi (16 bulan).
Edwin Yusman F.
Foto: Dok. Pribadi
KOMENTAR