Seperti apa ceritanya, berikut penuturan ibunda BCL, drg Emmy Syarief :
Saya juga diminta memakan buah yang rasanya seperti buah rambutan, tapi bentuknya kulitnya lebih tebal dan pedas. Cara mengupasnya juga berbeda. Katanya, buah tersebut langka. Tak hanya itu. Saya juga diminta mencoba sagu putih untuk hidangan penutup. Kata keluarga Ashraf, sagu seperti itu juga jarang ada. Jadi, ya, kami merasa diperlakukan spesial sekali.
Yang agak membuat saya bertanya-tanya, mengapa di setiap resepsi selalu di bagi-bagikan telur. Mereka menyebutnya bunga telur. ternyata, menurut adat Melayu, telur merupakan simbol dari permulaan atau awal dari kehidupan. Bagi-bagi telur juga merupakan adat yang tidak bisa ditinggalkan dalam resepsi Melayu. Kata mereka, belum afdol kalau tak ada telur. Uniknya, yang membagikan telur tersebut, anak-anak yang belum akil-balik. Selain ditaruh di dalam mangkuk keramik, biasanya telur juga dihias dengan bunga warna-warni.
TAK ADA KOTAK UANG
Satu hal unik lainnya dan sebetulnya masih menyisakan tanda tanya bagi saya dan juga sebagian besar tamu dari Indonesia, kami tidak menemukan kotak uang. Baik pada acara resepsi ala British maupun Melayu yang mereka selenggarakan. Kalau di acara pesta perkawinan kita, kan, sering disediakan kotak untuk tempat para tamu memasukkan hadiah berupa uang dalam amplop.
Memang, saya sempat melihat ada sejumlah kado di kamar Bunga. Karena saya baru tiba hari Jumat pagi, jadi saya tidak terlalu memerhatikan kamar hotel tempat Bunga menginap. Keluarga saya juga bingung, apakah pesta pernikahan di Malaysia memang tidak memakai kotak sumbangan uang atau pakai salam tempel?
Mungkin hanya di Indonesia saja tradisi itu ada, ya? Ha ha...
Erni Koesworini
Foto : Adrianus Adrianto
KOMENTAR