Fanny merasa kehidupan rumahtangganya lebih bahagia ketika suaminya masih berprofesi sebagai pengamen jalanan, meski berpenghasilan rendah. Sekali lagi, wanita kelahiran Jakarta, 13 Oktober 1989 itu berusaha untuk mengerti pekerjaan suaminya. Pikiran negatif yang meliputinya sebisa mungkin ia singkirkan dari kepalanya. Setiap hari ia menunggu suaminya pulang sambil merawat anak mereka yang masih balita.
Kesedihan Fanny makin menggumpal ketika Aris tidak pulang untuk merayakan hari jadi Fanny. "Kasih selamat lewat SMS saja, tidak. Dulu, tiap saya ulang tahun, Aris pasti memasang banyak lilin di sekeliling kamar tidur lalu tepat jam 24.00 Aris membangunkan saya dan memberi ciuman mesra. Tidak ada kue tart, tapi saya bahagia sekali diperlakukan seperti itu. Ah, jadi sedih kalau ingat itu," katanya.
Lebaran silam, Fanny tidak mendapat kabar apa-apa dari Aris. Ia pun berinisiatif menghubungi suaminya dan memintanya pulang karena tidak punya persiapan untuk menyambut hari fitri tersebut. Seperti biasa, Aris datang, memberi uang, lalu pergi. "Aris datang lagi bersama mertua ke rumah orangtua saya, tiga hari sesudah Lebaran. Dia datang karena diminta mertua," kisah Fanny lagi.
Willem
Foto : Daniel Supriyono
KOMENTAR